Jatam Sulteng: Nikel Kembali Cemari Tambak di Morowali Utara

Penulis : Gilang Helindro

Tambang

Jumat, 01 September 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Air dengan material lumpur berwana merah mengalir dari penampungan ore nikel ke tambak warga di Desa Mohoni Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Ketika hujan turun, lumpur yang  berasal dari stockpile atau penampungan ore nikel diduga masuk ke tambak.

“Akibat pencemaran material lumpur dari penampungan nikel ini, membuat mata pencarian warga terganggu, lingkungan dan ekosistem rusak,” kata Muhammad Taufik, Koordinator Jatam Sulawesi Tengah saat dihubungi Kamis, 31 Agustus 2023.

Salah satu warga yang tidak mau disebut namanya mengaku, kejadian ini akibat aktivitas kegiatan Holling perusahaan tambang nikel, akibatnya tambak warga di Desa Mohoni Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali Utara, berubah warna dan berlumpur, selain itu penempatan penampungan ore nikel, hanya berjarak kurang lebih 30 meter dari tambak warga. 

“Hal ini mengakibatkan warga pemilik tambak mengalami kerugian karena tidak bisa lagi memanen hasil tambaknya,” katanya. 

Material lumpur mengalir dari penampungan ore nikel ke tambak warga yang ada di Desa Mohoni Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Foto:Jatam Sulteng

Selain itu, warga mengaku dampak yang timbul dari penampungan ore nikel ini,  juga berdampak pada budidaya rumput laut warga, dan mengakibatkan kepiting, udang yang dulu mudah didapatkan sekarang menjadi sulit ditemukan. 

Taufik menambahkan, dampak akibat pertambangan nikel di wilayah Kabupaten Morowali dan Morowali Utara ini, wajib jadi perhatian serius pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi. “Dengan itu, mendorong evaluasi seluruh kegiatan pertambangan yang jelas berikan dampak buruk bagi  sumber kehidupan sekitar tambang. 

Menurutnya, dalam hal ini, pemerintah pusat sampai daerah harus mempunyai sikap yang tegas, jika perusahaan hanya memberikan dampak buruk, dan merusak sumber kehidupan, sebaiknya perusahaan tambang tersebut direkomendasikan ke Kementerian ESDM untuk dicabut izin pertambangannya, atau diberhentikan sementara kegiatannya sebelum ada perbaikan dampak yang telah ditimbulkan bagi masyarakat.  

Data Jatam Sulteng menyebut, ekspansi tambang nikel dan pertumbuhan produksi tambang nikel dipicu gencarnya eksplorasi, juga meningkatnya permintaan produk untuk domestik kepentingan ekspor. Industri Pengolahan (smelter) domestik seperti NPI (nickel pig iron), FeNi (feronikel), dan nikel matte.

Sedangkan untuk permintaan ekspor produk, kata Taufik, yang dibutuhkan adalah Nickel Matte dan Nikel Okside (NO) yang banyak dibutuhkan untuk pembuatan baja tahan karat dan produksi katoda dan semikonduktor. Total kontribusi Nikel Matte mencapai 62,11 persen dan Nikel Oxide sebesar 37,58 persen pada total ekspor Produk Nikel Indonesia tahun 2022 yang permintaan terbesarnya dari China dan Jepang. 

“Melihat kondisi sekarang, ini menjadi dengan tegas mengingatkan pemerintah dan perusahaan tambang, jangan hanya mau mengambil untung dari sumber kekayaan alam, tanpa melihat dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat,” katanya.