IMF: Perubahan Iklim Dapat Tingkatkan Kematian akibat Konflik

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Senin, 04 September 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Perubahan iklim disebut berisiko memperburuk konflik di negara-negara yang rapuh dan dilanda perang. Ini dapat mengakibatkan tingkat kematian yang lebih tinggi dan penurunan PDB secara signifikan. 

Hal ini terungkap dalam laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang terbit Rabu lalu. Sebagai informasi, setiap tahun Bank Dunia merevisi daftar negara yang digolongkan sebagai “negara rapuh dan terkena dampak konflik”. Saat ini jumlahnya 39 negara, dan 21 di antaranya ada di Afrika. Laporan tersebut juga mencakup 61 negara yang masuk dalam daftar tersebut sejak tahun 2006. 

Laporan tersebut menemukan bahwa guncangan iklim tidak menyebabkan konflik, namun memperburuk kerusuhan yang sudah ada serta memperburuk kerentanan mendasar lainnya, seperti kelaparan dan kemiskinan.

IMF menyebut bahwa kematian akibat konflik dapat meningkat hampir 10% di negara-negara rentan pada tahun 2060. Selain itu perubahan iklim dapat menyebabkan tambahan 50 juta orang di negara-negara rentan mengalami kelaparan pada 2060.

Seorang bocah laki-laki mengumpulkan air dari genangan sungai yang kering akibat kekeringan parah di Somalia. Foto: UNICEF/Sebastian Rich

Meskipun bukti perubahan iklim semakin meningkat setelah suhu mencapai rekor tertinggi di seluruh dunia dalam beberapa bulan terakhir, kemauan politik untuk mengambil tindakan telah terkikis oleh lemahnya perekonomian, menurut catatan IMF. 

Para pemimpin Afrika mengatakan negara-negara kaya harus menyediakan lebih banyak uang untuk membantu mereka beradaptasi terhadap perubahan iklim dan transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan, mengingat sebagian besar negara-negara Afrika hanya menghasilkan sedikit emisi yang menyebabkan pemanasan global.

Mereka diperkirakan akan mencoba mencapai posisi negosiasi pada KTT Iklim Afrika pada 4-6 September, menjelang KTT iklim PBB COP28 di Uni Emirat Arab yang dimulai pada akhir November.

Reuters