Walhi Aceh Dorong Pemda Tetapkan Dokumen Mitigasi Banjir
Penulis : Gilang Helindro
Lingkungan
Kamis, 07 September 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Organisasi peduli lingkungan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh dorong Pemenrintah Daerah Aceh perlu segera tetapkan dokumen rencana mitigasi bencana banjir. Hal ini dilihat dari data intensitas banjir yang terus terjadi di Aceh.
Afifuddin Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Walhi Aceh menyebut, Aceh butuh master plan atau rencana induk mitigasi bencana banjir. Jika tidak ditangani secara menyeluruh, bencana banjir akan semakin sering dan intensitasnya menjadi jauh lebih besar.
“Bila tidak segera, dikhawatirkan banjir akan terus terjadi, kerugian masyarakat terus meningkat dan tentunya berdampak terhadap kemiskinan. Terlebih dampak El Nino semakin memperparah situasi, karena anomali cuaca yg tak menentu,” katanya saat dihubungi Senin, 4 September 2023.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), banjir di Aceh Tenggara selama sepekan terakhir telah berdampak pada 8.101 jiwa dan 2.230 keluarga. Sekitar 326 orang harus dievakuasi. Meski demikian, tidak ada korban jiwa.
Sebanyak 28 desa di lima kecamatan terendam banjir pada Agustus 2023. Selain permukiman, banjir juga merendam 746 hektar sawah dan 119 hektar ladang jagung. Sebuah jembatan Lawe Hijo Ampera mengalami kerusakan.
Sekitar 92 persen wilayah Kabupaten Aceh Tenggara berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), yang merupakan hutan dengan nilai konservasi tinggi. Sesuai SK Nomor 580, total luasnya 414.664 hektar, dengan 380.457 hektar merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser.
Selain deforestasi, banyak daerah aliran sungai (DAS) di Aceh dalam keadaan rusak. Data dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Krueng Aceh menyebutkan, sebanyak 20 DAS dan sedikitnya 251.696 hektar DAS di Aceh harus segera dipulihkan.
Beberapa DAS tersebut berada di Aceh Utara, seperti DAS Keureuto, Jambo Aye, dan Pasee. Sementara di Aceh Timur adalah DAS Peureulak dan Bayeun. Sungai-sungai itulah yang selama ini meluap ke permukiman warga.
Afif menilai, banjir yang terus meningkat di Aceh bukan hanya terjadi saat peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Kondisi tersebut juga tidak hanya terjadi pada tahun 2023 saja, melainkan sudah berulang kali terjadi.
Menurutnya, hal ini dipicu oleh kondisi lingkungan yang semakin buruk akibat aktivitas perambahan hutan, pembalakan liar, tambang ilegal. Selain itu ditambah lagi dengan adanya pembangunan infrastruktur dalam kawasan hutan.
"Kami memperkirakan, bila tidak diselesaikan secara terpadu, bencana banjir akan menjadi bencana laten yang terjadi setiap tahun. Harus ada penyelesaian secara menyeluruh dan komprehensif, sehingga Aceh tidak lagi menjadi langganan banjir yang setiap tahun terus meningkat intensitasnya," katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut wilayah Aceh berpotensi diguyur hujan intensitas sedang hingga deras dalam beberapa hari ke depan, sehingga warga diminta waspada terhadap potensi banjir terutama wilayah kepulauan Simeulue.
“Ada potensi bencana hidrometeorologi, terutama untuk daerah Simeulue yang mungkin tingkat kewaspadaannya perlu ditingkatkan,” kata Prakirawan BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Muhammad Rafli di Aceh Besar, dalam keterangan resminya, Senin.
Menurutnya, daerah dengan peringatan dini kategori waspada terhadap potensi banjir, yakni Aceh Barat Daya, Aceh Tengah, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, Gayo Lues, Langsa, Lhokseumawe, Nagan Raya, Aceh Jaya, Aceh Tamiang, dan Subulussalam.
Sedangkan Kabupaten Simeulue masuk dalam kategori siaga. Sementara untuk beberapa daerah lain seperti Kabupaten Aceh Besar, Bener Meriah, Sabang, Pidie, dan Pidie Jaya juga berpotensi hujan sedang hingga deras, namun tidak masuk dalam kategori waspada banjir.