2 Spesies Serangga Daun Baru Ditemukan di Kalsel dan Jawa

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Selasa, 12 September 2023

Editor :

BETAHITA.ID - Para ahli entomologi internasional menemukan tujuh spesies baru dari genera serangga daun Phyllium dan Pulchriphyllium. Dua di antaranya berasal dari Indonesia, yakni Pulchriphyllium delislei dari Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Pulchriphyllium bhaskarai dari Jawa Barat.

Temuan tersebut dideskripsikan dalam sebuah makalah yang dipublikasikan ZooKeys.

"Spesies yang baru dideskripsikan ini tidak hanya membantu memperluas pengetahuan kita tentang keanekaragaman phylliid, namun juga membantu menyoroti bidang penelitian terkini dan yang belum dilakukan," kata para ahli dalam publikasi tersebut.

Serangga Daun Baru Kalsel

Pulchriphyllium bhaskarai merupakan salah satu spesies baru genus serangga tongkat/daun yang ditemukan baru-baru ini. Foto: Jovan Immanuel Mewengkang/iNaturalist.

Spesies Pulchriphyllium delislei dinamai berdasarkan nama penulis dan ahli entomologi spesialis kupu-kupu sayap burung dan rekan peneliti di Insektarium Montreal, Gilles Delisle (Kanada). Kecintaannya terhadap kupu-kupu birdwing membuatnya bepergian berkali-kali ke seluruh Indonesia dan Papua Nugini. Giles menyumbangkan koleksi kupu-kupunya setelah bertahun-tahun belajar ke Insektarium Montreal, Kanada.

Saat ini spesies Pulchriphyllium delislei hanya diketahui terdapat dari kawasan Gunung Meratus dan Gunung Besar, di Kalsel.

Serangga daun jantan, nimfa yang baru menetas, dan telur juga belum diketahui. Soalnya, spesies baru tersebut hanya diketahui dari dua spesimen betina, sehingga masih sedikit yang diketahui mengenai variasi intraspesifik spesies ini.

Selain itu, seperti spesies-spesies lain filum “bioculatum”, ada jumlah variasi yang cukup besar dalam bentuk perut/putaran lobus femoralisnya, sehingga ciri morfologi yang dapat diandalkan belum dapat diidentifikasi untuk diferensiasi morfologi spesies Kalimantan ini. Hanya analisis DNA yang memungkinkan terjadinya diferensiasi pada saat ini

Ketika spesimen diperiksa, diasumsikan sejumlah kemungkinan identifikasi. Pertama, dianggap bahwa ini mungkin mewakili Pulchriphyllium agnesagamaae betina yang tidak diketahui atau Pulchriphyllium fredkugani (kedua spesies tersebut saat ini hanya diketahui dari jantan dari Kalimantan bagian utara). Atau, kedua, spesimen ini mungkin hanya perluasan wilayah jelajah Pulchriphyllium bioculatum, spesies yang telah dikonfirmasi melalui analisis molekuler dan terdapat di barat daya Kalimantan serta semenanjung Malaysia.

Menariknya, meskipun secara morfologi sulit dibedakan dari spesies mirip "Pulchriphyllium bioculatum" lainnya, berdasarkan analisis filogenetik sampel ini tidak berkelompok dengan spesies mirip "Pulchriphyllium bioculatum" manapun Pulchriphyllium delislei sp. nov. sebaliknya mewakili contoh lain di mana morfologi mirip "Pulchriphyllium bioculatum" telah dinyatakan non-monofiletik.

Serangga Daun Baru Gunung Halimun

Spesies baru lainnya, Pulchriphyllium bhaskarai, ditemukan di Gunung Halimun, Desa Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Persebarannya saat ini hanya diketahui di Jawa.

Temuan serangga baru ini berasal dari spesimen yang ditemukan pada 19 Agustus 2020. Serangga daun baru sempat bertelur sebanyak 78 butir pada 16 September 2020, sebelum kemudian mati pada 8 Desember 2020

Pulchriphyllium bhaskarai dinamai untuk menghormati Edy Bhaskara yang telah menyediakan spesimen yang memecahkan misteri seputar spesies ini. Sebelumnya spesimen yang diketahui hanya jantan, yang secara morfologi tidak dapat dibedakan dari Pulchriphyllium giganteum, sampai Edy Bhaskara memberikan spesimen segar (yang memungkinkan analisis DNA) serta betina dewasa, nimfa yang baru menetas, dan telur, yang semuanya memungkinkan pemahaman yang lengkap untuk spesies ini dan memungkinkan pembedaan dengan spesies kongenerik.

Awalnya, ada anggapan bahwa serangga daun ini seperti populasi di Jawa lainnya, hanyalah perluasan jangkauan Pulchriphyllium giganteum (Cumming dkk. 2020b). Asumsi yang salah ini didasarkan pada morfologi spesies jantan karena tidak ada ciri morfologi signifikan yang dapat diidentifikasi pada saat itu.

Baru setelah spesimen segar dapat diurutkan dan betina dewasa, nimfa yang baru menetas, serta morfologi telur diketahui, jelas bahwa spesies mirip “giganteum” dari Jawa adalah unik dan belum terdeskripsikan.

Menurut para ahli, jantan dan betina dewasa spesies ini telah terbukti sulit dibedakan secara morfologis dari Pulchriphyllium giganteum. Di antara kedua jenis kelamin dari kedua spesies terdapat tumpang tindih yang signifikan dalam ukuran keseluruhan dan karena variasi intraspesifik, hanya sedikit atau bahkan tidak ada ciri-ciri yang memungkinkan pembedaan yang meyakinkan. Sebaliknya, satu-satunya perbedaan morfologi yang dapat diandalkan dan mudah diamati adalah nimfa yang baru menetas dan morfologi telur.

Betina sangat mirip dengan Pulchriphyllium giganteum tetapi dapat dibedakan oleh mesopleurae. Pada Pulchriphyllium giganteum, dua atau tiga duri posterior dikelompokkan menjadi satu kesatuan yang menjorok keluar dari batas mesopleuron, sedangkan pada Pulchriphyllium bhaskarai duri-duri yang paling belakang ini kurang menonjol, hanya sedikit menjorok keluar dari batas mesopleuron.

Nimfa yang baru menetas dapat dengan mudah dibedakan dari congener karena bagian perutnya sangat tipis dibandingkan spesies Pulchriphyllium lainnya, karena semua spesies Pulchriphyllium lainnya memiliki bentuk perut yang lebih lebar dan lebih panjang, dengan lebar yang hampir sama dengan panjang perut.

Telur Pulchriphyllium bhaskarai agak unik dan dapat dengan mudah membedakan spesies ini dari Pulchriphyllium giganteum dengan adanya lima tabung semi-berongga yang membentang ke arah samping yang terbuka di ujung anterior (dua tabung terletak di setiap permukaan lateral dan satu tabung terletak di permukaan ventral). Selain itu, operkulum lebih lebar daripada panjang pada Pulchriphyllium bhaskarai tetapi kurang lebih sama panjang dan sedikit meruncing pada Pulchriphyllium giganteum.