Kabar Nasib Badak Asia Tahun 2023 

Penulis : Kennial Laia

Badak

Sabtu, 23 September 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Pada suatu masa yang lebih baik, badak pernah bebas berkeliaran di Asia. Hewan bercula ini memang menyukai iklim hangat dan lembab di hutan-hutan. Jejaknya pun tersebar dari daratan Tiongkok hingga Nusantara. 

Badak memiliki ukuran besar dan kulit yang menyerupai baju zirah. Di antara lima spesies di seluruh dunia, tiga tersebar di Asia. Mayoritas badak yang tersisa di alam liar terekam di empat negara, yakni India, Nepal, Bhutan, dan Indonesia. 

Tiga spesies ini adalah badak jawa (Rhinoceros sondaicus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan badak india (Rhinoceros unicornis). Per 2023, populasi badak india meningkat menjadi 4.014 individu. Mayoritas tersebar di negara bagian Assam, India, dan sebagian kecil di Nepal dan Bhutan. Sementara badak jawa dan sumatra, yang hanya ada di Indonesia, mengalami tren populasi yang mengkhawatirkan. 

Pada peringatan Hari Badak Sedunia atau World Rhino Day--diperingati setiap 22 September--International Rhino Foundation (IRF) mengeluarkan State of the Rhino 2023. Dokumen sepanjang 15 halaman ini merangkum status dan keberadaan badak serta strategi dalam pengelolaan badak. 

Induk badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) bersama anaknya di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Dok Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Badak jawa maupun badak sumatra, yang sama-sama menyandang status critically endangered atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar, memiliki catatan paling mengkhawatirkan.

Badak jawa dulu tersebar di seluruh Asia Tenggara. Namun kini hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Pada 2011, subspesies badak jawa yang hidup di daratan Vietnam pun dinyatakan punah. Dalam dokumen tersebut, IRF menyebut jumlah badak jawa ada saat ini 76 individu, namun 12 diantaranya berstatus hilang. Tidak diketahui apakah badak ini mati alami, diburu, atau sekedar menghindar dari kamera-deteksi (camera-trap). 

Perburuan yang masif dan kehilangan habitat terus mendesak penurunan jumlahnya di alam liar. Agustus lalu, ditemukan satu bangkai badak jawa, yang dikonfirmasi akibat perburuan liar, dan meningkatkan kewaspadaan dan kekhawatiran para pegiat konservasi di Indonesia. 

Sementara itu badak sumatera mengalami tren penurunan populasinya. Jumlahnya diperkirakan sebanyak 34-47 individu di alam liar. Penampakan langsung sudah menjadi langka dan tanda-tanda tidak langsung seperti jejak kaki badak sumatra semakin sulit ditemukan. Data Indonesia menyatakan tidak lebih dari 80 individu saat ini di alam liar. Sementara IUCN menyatakan populasi sebenarnya berada di antara 34-37 individu. Tidak ada subpopulasi yang memiliki lebih dari 30 badak. 

Menurut Asian Rhino Specialist Group IUCN, terdapat empat populasi terisolasi dan 10 subpopulasi yang tersisa di Indonesia. Hanya satu dari populasi ini, yakni di Gunung Leuser, yang diyakini memiliki populasi yang cukup untuk bertahan hidup. 

Sebarannya kini hanya ada di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung-Bengkulu, dan Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh. 

Sementara itu, terdapat dua badak yang berhabitat di hutan Kalimantan Timur. Pahu, badak betina, hidup di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) Kelian, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Lalu Pari, juga betina, berada di alam liar Hutan Lindung Kelompok Hutan (HL KH) Sungai Ratah-Sungai Nyuatan-Sungai Lawa, Kabupaten Mahakam Ulu. 

Badak sumatra juga pernah hidup di Malaysia. Namun pada 2019, badak sumatra betina bernama Iman mati karena kanker. 

IRF menyatakan bahwa harapan pelestarian badak sumatra kini ada di SRS Way Kambas. Penangkaran yang ada di Taman Nasional Way Kambas menampung tujuh badak, termasuk tiga anakan.