Bayi Badak Sumatera di Way Kambas Sudah Menjelajah Hutan

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Kamis, 05 Oktober 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Kelahiran individu badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) baru dari badak betina bernama Ratu di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, dianggap membawa secercah harapan bagi kelestarian badak. Bayi badak yang belum genap sepekan usianya itu dilaporkan telah belajar menjelajah hutan bersama induknya.

Dedi Candra, dokter hewan dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan, sekitar 45 menit setelah lahir, bayi badak yang belum punya nama tersebut sudah mulai berdiri. Dua jam kemudian, bayi badak mulai mencari puting susu induknya untuk menyusu. Sama halnya dengan anaknya, kondisi badak Ratu pasca melahirkan juga terpantau sehat dan normal.

“Dan sejak melahirkan hingga saat ini, badak Ratu menunjukkan sikap overprotektif terhadap anaknya,” ungkap Dedi, dalam keterangan tertulis, Senin (2/10/2023).

Tim dokter hewan, kata Dedi, akan terus memantau secara intensif kondisi kesehatan dan tentunya ‘ikatan batin’ antara induk-anak badak. Sejak Minggu (1/10/2023), badak Ratu mulai mengajak anaknya untuk menjelajahi hutan dan belajar berkubang. Bobot bayi badak Ratu ini tercatat sebesar 27 kilogram.

Bayi badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang baru lahir di SRS TNWK sedang belajar berkubang lumpur bersama induknya. Foto: KLHK.

Sebelumnya, proses persalinan badak Ratu berlangsung sekitar 17 menit dari mulai terlihat kantong allantois sampai dengan bayi badak lahir dengan selamat. Zulfi Arsan, Koordinator Tim Dokter Hewan SRS TNWK, mengungkapkan badak Ratu mulai menunjukkan tanda-tanda perilaku akan melahirkan dimulai dari pukul 00.04 WIB hingga melahirkan bayi badak sumatera betina pada pukul 01.44 WIB, pada Sabtu (30/9/2023).

“Sama seperti kebuntingan badak di SRS TNWK sebelumnya, pada kebuntingan kali ini badak Ratu mendapatkan tambahan hormon penguat kehamilan, yang diberikan setiap hari. Serta jenis, variasi, dan jumlah asupan pakan yang diberikan sangat diperhatikan untuk mencukupi kebutuhan badak Ratu,” tambah Zulfi.

Tak hanya itu, Zulfi juga menjelaskan, selama masa kebuntingan ini pemeriksaan kesehatan kebuntingan juga dilakukan secara rutin setiap 10-14 hari sekali dengan alat ultrasonografi (USG) sejak umur kebuntingan awal (20 hari pasca kawin) sampai dengan 3 hari menjelang kelahiran. Pemantauan intensif badak Ratu selama 24 jam oleh tim dokter hewan, paramedik, dan perawat satwa SRS TNWK sudah mulai dilakukan sejak 1 pekan menjelang kelahiran sampai dengan 2 bulan ke depan.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur KKHSG KLHK Indra Exploitasia, mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berencana mengintegrasikan metode Assisted Reproductive Technology (ART) atau Teknologi Reproduksi Berbantu untuk propagasi (perbanyakan) badak sumatera, selain melalui upaya perkembangbiakan alami.

Untuk tujuan tersebut, KLHK dibantu oleh tim ART dan Biobank IPB University telah mengambil jaringan tali pusar tak lama setelah kelahiran anak ketiga badak Ratu untuk dijadikan sumber sel punca (stem cells).

"Saat ini, jaringan tali pusar tersebut telah berada di Laboratorium Pusat ART dan Biobank Badak Sumatera Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University untuk dilakukan perbanyakan sel punca,” kata Indra.

Koordinator tim ART dan Biobank IPB University, Muhammad Agil menyampaikan, Laboratorium Pusat ART dan Biobank Badak Sumatera dengan dukungan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (Leibniz-IZW) Jerman didedikasikan untuk mendukung program propagasi badak sumatera yang dilaksanakan KLHK.

“Laboratorium Pusat ART dan Biobank Badak Sumatera diharapkan dapat memproduksi embrio badak sumatera dan program transfer embrio untuk menghasilkan individu badak sumatera baru melalui induk pinjam (surrogate mother),” ucap Agil.