Es di Barat Antarktika Tetap akan Mencair Sepanjang Abad Ini

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Kamis, 26 Oktober 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Penelitian menunjukkan bahwa percepatan pencairan es di barat Antarktika tidak dapat dihindari selama sisa abad ini, terlepas seberapa banyak emisi karbon yang berhasil dikurangi. Menurut para ilmuwan, implikasi dari kenaikan permukaan air laut sangatlah mengerikan. Beberapa kota pesisir mungkin harus ditinggalkan penghuninya.

Lapisan es di barat Antarktika akan mengangkat permukaan laut setinggi 5 meter jika hilang seluruhnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gunung es ini akan mengalami keruntuhan selama berabad-abad. Namun studi terbaru menunjukkan bahwa pengurangan emisi secara drastis dalam beberapa dekade mendatang tidak akan memperlambat pencairan es.

Analisis menunjukkan laju pencairan lapisan es terapung di Laut Amundsen akan tiga kali lebih cepat pada abad ini dibandingkan abad sebelumnya. Ini akan terjadi bahkan jika dunia memenuhi target perjanjian Paris yang paling ambisius untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5C level pra-industri. 

Hilangnya lapisan es terapung berarti lapisan es glasial di daratan terbebas untuk meluncur lebih cepat ke laut. Ini berbahaya karena jutaan orang tinggal di kota-kota pesisir yang rentan terhadap kenaikan permukaan laut, mulai dari New York, Mumbai, hingga Shanghai. Selain itu, lebih dari sepertiga populasi global tinggal dalam jarak 100 kilometer dari pantai. 

Lautan es di Antartika. Foto: Unsplash

Krisis iklim mendorong kenaikan permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es dan gletser serta peningkatan suhu air laut. Menurut para ilmuwan, ketidakpastian terbesar dalam kenaikan permukaan air laut di masa depan adalah apa yang akan terjadi di Antarktika, sehingga membuat perencanaan untuk beradaptasi terhadap kenaikan tersebut menjadi sangat sulit. Para peneliti mengatakan bahwa penerjemahan temuan baru mengenai pencairan es ke dalam perkiraan spesifik kenaikan permukaan laut sangat diperlukan.

“Studi kami bukanlah berita bagus – kita mungkin telah kehilangan kendali atas pencairan lapisan es Antarktika barat selama abad ke-21,” kata Dr Kaitlin Naughten, dari British Antarctic Survey, yang memimpin penelitian tersebut. “Ini adalah salah satu dampak perubahan iklim yang mungkin harus kita segera adaptasi, dan kemungkinan besar ini berarti sebagian masyarakat pesisir harus membangun [pertahanan] atau ditinggalkan.”

Naughten mengatakan penelitian ini menunjukkan situasinya lebih berbahaya dari perkiraan sebelumnya. “Tetapi kita tidak boleh menyerah [dalam aksi iklim] karena meskipun dampak ini tidak dapat dihindari, ini hanyalah salah satu dampak perubahan iklim,” tambahnya.

“Tindakan kita kemungkinan besar akan membuat perbedaan [terhadap pencairan es di Antarktika] pada abad ke-22 dan seterusnya, namun hal tersebut merupakan jangka,"  kata dia.

Dr Tiago Segabinazzi Dotto, dari Pusat Oseanografi Nasional Inggris, mengatakan: “Kemungkinan besar kita [telah] melewati titik kritis untuk menghindari ketidakstabilan lapisan es Antarktika bagian barat. Namun, laju keruntuhan ini masih belum pasti – hal ini dapat terjadi dalam beberapa dekade atau abad tertentu.

“Kesimpulan dari penelitian ini didasarkan pada satu model dan perlu diperlakukan dengan hati-hati,” kata Dotto. Namun dia mengatakan beberapa rincian temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya: “[Hal ini] memberikan keyakinan bahwa penelitian ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan.”

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change ini menggunakan model komputer Laut Amundsen beresolusi tinggi untuk memberikan penilaian paling komprehensif mengenai pemanasan di wilayah tersebut hingga saat ini. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan laju pencairan es di abad ke-21 tidak bisa dihindari dalam semua skenario yang masuk akal untuk laju pengurangan pembakaran bahan bakar fosil.

Salah satu faktor pentingnya adalah variabilitas iklim alami yang signifikan di Antarktika barat dan variasi pencairan ini menutupi perbedaan kecil dalam pencairan es antara skenario pengurangan emisi yang cepat, sedang, dan lambat.

“Kita sudah mengalami krisis pengungsi di dunia, dan [kenaikan permukaan laut] hanya akan memperburuk keadaan. Bagaimana kita akan menangani pengungsian jutaan orang, atau mungkin lebih dari satu miliar orang, yang jumlahnya tergantung pada besarnya kenaikan permukaan air laut?” ujar Naughten. 

Prof Alberto Naveira Garabato, dari Universitas Southampton, Inggris, mengatakan: “Ini adalah penelitian yang serius. Namun, hal ini juga harus menjadi peringatan. Kita masih bisa menyelamatkan lapisan es Antarktika [timur], yang menyebabkan kenaikan permukaan laut 10 kali lipat, jika kita belajar dari kelambanan kita di masa lalu dan mulai mengurangi emisi gas rumah kaca sekarang.”