Bunda, Waspada Bahaya Timbel di Cat Warna Cerah
Penulis : Gilang Helindro
Lingkungan
Sabtu, 28 Oktober 2023
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut keracunan timbel menyumbang sekitar 0,6 persen dari beban penyakit global. Bukti berkurangnya kecerdasan akibat paparan timbel pada masa kanak-kanak telah membuat WHO memasukkan keterbelakangan mental akibat timbel sebagai penyakit yang diakui sektor kesehatan.
Yuyun Ismawati, Senior Advisor Nexus3 dalam laporannya mengatakan, cat bertimbel merupakan salah satu sumber utama paparan timbel pada anak-anak. Istilah cat bertimbel digunakan untuk menggambarkan cat dekoratif yang menggunakan satu atau lebih senyawa timbel dalam proses produksinya. Batas aman konsentrasi cat timbel yang dapat dicapai dan disarankan badan-badan dunia adalah 90 bagian per juta/parts per million (ppm, berat kering cat).
Menurutnya, anak-anak, terutama balita, sangat rentan terhadap efek racun timbel dan dapat menderita dampak buruk yang besar dan permanen terhadap kesehatan, terutama pada perkembangan otak dan sistem saraf. Timbel juga menyebabkan bahaya jangka panjang pada orang dewasa, termasuk peningkatan risiko tekanan darah tinggi, masalah kardiovaskular, dan kerusakan ginjal. “Paparan timbel dalam kadar tinggi pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan keterbelakangan mental pada anak,” katanya, Rabu, 25 Oktober 2023.
Studi yang dilakukan di pabrik cat yang masih menggunakan timbel menunjukkan bahwa pajanan debu timbel yang diserap lewat kulit memiliki risiko kanker lebih tinggi dibandingkan pajanan lewat inhalasi. Pada anak-anak usia 0-6 tahun, yang memiliki kebiasaan memasukkan tangan ke mulut, merupakan kelompok yang paling berisiko mengalami pajanan debu timbel saat bermain, di dalam, maupun di luar ruangan. Di Indonesia, terdapat 33 juta anak usia emas yang berisiko terpapar timbel dari cat warna cerah yang banyak digunakan di fasilitas pendidikan, PAUD, tempat penitipan anak, taman bermain, dan taman-taman kota.
Penelitian Nexus3 di puluhan taman bermain di Jakarta menemukan konsentrasi timbel yang tinggi pada berbagai alat bermain dengan cat warna-warna primer, seperti merah, kuning, hijau, putih. Konsentrasi timbel yang terdeteksi di taman-taman kota Jakarta berkisar antara 4000 ppm sampai 100.000 ppm. Beberapa cat pada alat bermain juga mengalami peluruhan, yang berpotensi menjadi debu timbel, dan meningkatkan risiko kesehatan pada anak.
“Pada tahun 2022, lebih dari 15.000 orang ikut menandatangani petisi kepada Presiden Jokowi yang saya inisiasi, meminta agar Presiden melarang produksi cat bertimbel dan menghentikan penjualannya di Indonesia, untuk melindungi kesehatan pekerja, anak-anak, dan konsumen secara umum,” katanya.
Jika pemerintah mengharapkan bonus demografi yang sehat cerdas dan unggul, kata Yuyun, pemerintah harus mendorong dan mewajibkan produksi cat bebas timbel. “Hal ini adalah cara termudah untuk mencegah keracunan timbel pada anak-anak,” katanya.
Laporan Nexus3-IPEN pada Oktober 2021 lalu, menunjukkan bahwa 73 persen cat dekoratif yang dijual di Indonesia memiliki kandungan timbel di atas batas aman 90 ppm. Hanya 27 persen sampel yang memiliki konsentrasi di bawah 90 ppm. Sampel cat yang diteliti adalah cat dekoratif dan cat semprot warna-warna cerah yang digunakan terutama di fasilitas anak-anak, taman bermain, sekolah, mainan, dan lainnya. Konsentrasi timbel tertinggi ditemukan dalam cat dekoratif 140.000 ppm dan 250.000 ppm dalam cat marka jalan warna kuning. Cat tanpa timbel sudah banyak diproduksi di Indonesia dan pemasoknya beragam.
Beberapa perusahaan produsen cat di Indonesia yang berpartisipasi dalam pilot reformulasi cat yang didukung UNEP tahun 2019-2022, sudah berhasil menguji coba produk tanpa timbel. “Tetapi tanpa peraturan pemerintah yang melarang penggunaan timbel dalam produksi cat, pekerja pabrik cat, pasar, dan konsumen Indonesia akan tetap berisiko teracuni timbel lewat debu peluruhan cat,” ungkapnya.