Anggaran Karbon Tersisa 6 Tahun Lagi

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Rabu, 01 November 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Para ilmuwan memperingatkan, anggaran karbon yang tersisa untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius kini sangat kecil. Ini akan memperburuk krisis iklim, sehingga negara-negara harus melakukan aksi mendesak untuk menghindari kenaikan suhu menjadi permanen. 

Anggaran karbon adalah jumlah maksimum emisi karbon yang dapat dilepaskan sekaligus membatasi kenaikan suhu global sesuai batas yang disepakati dalam perjanjian Paris. Angka baru ini adalah setengah dari anggaran yang diperkirakan pada 2020 dan akan habis dalam waktu enam tahun dengan tingkat emisi saat ini, atau pada 2029. 

Sepanjang 2023 kenaikan suhu terus membuat rekor dengan peristiwa cuaca ekstrem yang dipicu pemanasan global. Ini berdampak pada kehidupan dan penghidupan di seluruh dunia. 

Analisis tersebut menemukan bahwa anggaran karbon yang tersisa untuk peluang 50% menjaga kenaikan suhu global di bawah 1.5C adalah sekitar 250 miliar ton. Emisi global diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi tahun ini, yaitu sekitar 40 miliar ton. Untuk mempertahankan peluang 50% dari batas 1.5C, emisi harus turun hingga nol pada 2034, jauh lebih cepat dari skenario paling radikal sekalipun.

Asap kebakaran hutan dan lahan terlihat di kota Santa Juana, Chili. Dok Pablo Hidalgo/EPA

Ambisi PBB saat ini adalah mengurangi setengah jumlah emisi global pada 2030 dan mencapai nol emisi pada 2050, meskipun kebijakan yang ada masih jauh dari mencapai target tersebut. Namun, jika hal ini tercapai, maka hanya ada 40% kemungkinan untuk tetap berada di bawah 1.5C, kata para ilmuwan, sehingga lebih besar kemungkinannya untuk melampaui batas tersebut.

Namun, mereka memperingatkan, setiap 1,0 derajat panas berlebih menyebabkan lebih banyak penderitaan bagi manusia. Oleh karena itu menjaga suhu sedekat mungkin dengan 1,5 derajat Celcius sangatlah penting.

Perkiraan anggaran karbon yang baru merupakan analisis terkini dan komprehensif hingga saat ini. Alasan utama mengapa anggaran menyusut drastis sejak 2020 adalah tingginya emisi dari aktivitas manusia dan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pengurangan polusi udara meningkatkan pemanasan dengan menghalangi lebih sedikit sinar matahari.

“Anggaran (karbon) sangat kecil, dan urgensi tindakan yang berarti untuk membatasi pemanasan sangat tinggi,” kata Joeri Rogel, profesor di Imperial College London dan salah satu penulis studi tersebut. 

“Memiliki kemungkinan 50% atau lebih tinggi bahwa kita membatasi pemanasan hingga 1,5C adalah sebuah hal yang mustahil, terlepas dari seberapa besar tindakan politik dan tindakan kebijakan yang ada,” kata Rogel. 

Dr Chris Smith, dari International Institute for Applied Systems Analysis in Austria, yang juga merupakan bagian dari penelitian ini, mengatakan hingga saat ini pemerintah belum melakukan upaya untuk mengendalikan kenaikan emisi. 

“Inilah sebabnya anggaran karbon kita terus menyusut. Kami tidak mengatakan bahwa kita hanya mempunyai waktu enam tahun untuk mengatasi perubahan iklim – sama sekali tidak. Namun jika kita mampu membatasi pemanasan hingga 1,6C atau 1,7C, itu jauh lebih baik daripada 2C,” kata Smith. 

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change ini menggunakan data terkini dan pemodelan iklim yang lebih baik dibandingkan dengan perkiraan terbaru lainnya. Penelitian ini juga menggunakan angka-angka terbaru.

Analisis tersebut juga melihat batas atas 2C dalam perjanjian Paris. Menurut para ilmuwan, meskipun dunia mampu mempertahankan batas suhu ini, tetap akan ada peningkatan tajam dampak iklim mulai dari gelombang panas, banjir, hingga gagal panen. 

Untuk memiliki peluang 90% menjaga suhu di bawah 2C, emisi harus mencapai nol bersih pada sekitar tahun 2035, demikian temuan studi tersebut. Pencapaian net zero pada 2050 akan memberikan peluang sebesar 66% untuk memenuhi target 2C.

Dr Gabriel Abrahao, dari Potsdam Institute for Climate Impact Research di Jerman, mengatakan: “Ada kemungkinan yang sangat nyata bahwa kita akan melampaui target 1,5C dalam dekade ini. Oleh karena itu, debat publik dan negosiasi iklim internasional seharusnya sudah membahas bagaimana cara mengembalikan suhu ke 1,5C setelah melampaui batas, sehingga tidak menjadi permanen.”