9 Kabupaten Praktikkan Ekonomi Lestari
Penulis : Kennial Laia
Lingkungan
Senin, 27 November 2023
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Sembilan kabupaten berkomitmen mempraktikkan ekonomi berbasis alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus melestarikan lingkungan. Caranya, di antaranya, alih-alih bergantung pada perkebunan monokultur, kabupaten ini mengembangkan komoditas lainnya dengan produk turunan untuk menambah nilai tambah ekonomi.
Sembilan kabupaten ini adalah Aceh Tamiang, Aceh; Siak, Riau; Kapuas Hulu, Sanggau, dan Sintang, Kalimantan Barat; Musi Banyuasin, Sumatra Selatan; Gorontalo Bone Bolango, Gorontalo; dan Sigi, Sulawesi Tengah. Mereka tergabung dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), yang merupakan asosiasi kabupaten yang berupaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan sejak 2017 bersama puluhan mitra lokal dan nasional.
Model ini mengalihkan perkebunan monokultur seperti kelapa sawit ke berbagai komoditas berbasis alam seperti kopi, kakao, kelapa, dan bambu. Adapun pengembangan produk turunan agroforestrinya antara lain atsiri nilam, vanila, tengkawang, lada, albumin ikan gabus danau gambut, gambir, dan komoditas asli hutan Indonesia lainnya. Model ini diyakini berdampak pada terjaganya hutan dan gambut.
Wakil Bupati Siak sekaligus Wakil Ketua Umum LTKL, Husni Merza, mengatakan bahwa sembilan kabupaten tersebut berkomitmen melindungi setidaknya 50% hutan, gambut, dan ekosistem penting lainnya. Di sisi lain, pemerintah daerah mendorong pembangunan untuk mensejahterakan 1 juta petani kecil dan masyarakat lokal di wilayah masing-masing.
“Seluruh ekosistem di LTKL telah menciptakan cetak biru transformasi yurisdiksi berkelanjutan untuk mencapai kesiapan menyambut pasar global,” kata Husni dalam dalam diskusi yang digelar LTKL di sela-sela RSPO Roundtable Conference 2023 di Jakarta, Selasa, 21 November 2023.
Husni mengatakan, hingga 2023 terdapat 168 mitra multipihak termasuk sektor swasta yang bekerja sama untuk mendorong kesiapan kabupaten LTKL menuju transformasi keberlanjutan. Kemitraan ini untuk membantu kesiapan kabupaten dalam mengurangi angka deforestasi, meningkatkan transformasi rantai pasok, keterlusuran, serta penyiapan portofolio investasi industri hilirisasi berbasis alam.
Kepala Sekretariat LTKL, Ristika Putri Istanti, menyatakan bahwa saat ini kabupaten siap menghadapi apapun standar yang diberikan termasuk Prinsip dan Kriteria Roundtable Sustainable Palm Oil untuk sektor sawit.
“Bersama dengan mitra, LTKL telah mengidentifikasi potensi dan kesiapan kabupaten lestari untuk memenuhi kebutuhan pasar global. Saat ini beberapa kabupaten LTKL sedang serius mempersiapkan portofolio investasi dan pengembangan industri hilirisasi di luar model komoditas perkebunan besar,” kata Tika.
“Kabupaten LTKL sadar bahwa ada peluang ekonomi besar dengan diversifikasi model bisnis dan memperbesar porsi investasi hijau di kabupaten sehingga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan memiliki ketahanan lingkungan, ketahanan pangan, dan ketahanan terhadap bencana tanpa melupakan warisan budaya dapat terealisasi,” ujarnya.
Tika mengatakan, kabupaten juga telah bergerak untuk membangun produk bernilai tambah baik yang bersifat setengah jadi untuk kebutuhan industri maupun produk untuk konsumen. Ini dibuktikan dengan adanya 21 portofolio investasi lestari di kabupaten LTKL dan 36 entitas bisnis lokal kabupaten yang sedang bertransformasi ke bisnis lestari dengan total 40 produk unggulan. Kabupaten LTKL juga telah mendapatkan komitmen investasi dan pendanaan hingga USD 22,7 juta untuk berbagai usaha hilirisasi komoditas berbasis alam.
Di sisi lain, industri kelapa sawit juga sawit masih berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan menyerap jutaan pekerja. Menurut Direktur Tropical Forest Alliance untuk Asia Tenggara, Rizal Algamar, kerja sama seluruh pihak sangat penting untuk mencapai kelapa sawit berkelanjutan yang adil dan inklusif. Pendanaan juga diperlukan untuk mendorong ekonomi berbasis alam tersebut.
“Pendanaan untuk inovasi berbasis alam adalah salah satu elemen penting untuk memudahkan transisi daerah produsen komoditas menuju pembangunan berkelanjutan. Perusahaan dan investor melihat potensi sinergi antara kelapa sawit berkelanjutan dan inovasi berbasis alam untuk mendorong tercapainya yurisdiksi yang sejahtera dengan alam yang sehat,” kata Rizal.