COP28: Polusi Akibat Energi Fosil Renggut 5 Juta Jiwa Per Tahun
Penulis : Kennial Laia
Perubahan Iklim
Jumat, 01 Desember 2023
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Polusi udara dari penggunaan bahan bakar fosil membunuh 5 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Estimasi ini adalah jumlah kematian yang jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, menurut penelitian terbesar mengenai isu ini.
Angka ini dipublikasikan pada malam sebelum KTT iklim COP28 di Dubai. Ini akan meningkatkan tekanan pada para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan. Salah satu keputusan yang harus diambil pada konferensi PBB ini adalah apakah untuk pertama kalinya akan menyetujui “penghentian” bahan bakar fosil secara bertahap.
Penelitian telah menunjukkan bahwa peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber energi bersih dan terbarukan akan menyelamatkan banyak nyawa dari polusi udara dan membantu memerangi pemanasan global. Namun, hingga saat ini, perkiraan angka kematian sangat bervariasi.
Studi pemodelan baru ini kemudian menunjukkan bahwa polusi udara, yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil di industri, pembangkit listrik, dan transportasi, menyebabkan 5,1 juta kematian yang dapat dihindari setiap tahunnya secara global. Temuan ini dipublikasikan di The BMJ.
Kontribusi bahan bakar fosil setara dengan 61% dari total perkiraan 8,3 juta kematian di seluruh dunia akibat polusi udara luar ruangan dari semua sumber pada 2019.
Estimasi baru mengenai jumlah kematian akibat bahan bakar fosil lebih besar dari angka yang dilaporkan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap mungkin mempunyai dampak yang lebih besar terhadap kematian akibat bahan bakar fosil dibandingkan perkiraan sebelumnya.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa penghapusan bahan bakar fosil secara global akan memberikan manfaat kesehatan yang besar, jauh lebih besar daripada yang ditunjukkan oleh sebagian besar penelitian sebelumnya,” tulis tim peneliti global di BMJ, Kamis, 30 November 2023.
“Data ini mendukung peningkatan penggunaan energi bersih dan terbarukan, yang dianjurkan oleh PBB melalui tujuan pembangunan berkelanjutan pada 2030 dan ambisi netralitas iklim pada tahun 2050,” kata tim peneliti tersebut.
Polusi udara ambien merupakan faktor risiko kesehatan lingkungan utama yang menyebabkan penyakit dan kematian. Namun hanya sedikit penelitian global yang mengaitkan kematian dengan sumber polusi udara tertentu dan masing-masing dengan hasil sangat berbeda.
Kematian Akibat Polusi Udara
Untuk mengatasi hal ini, tim peneliti internasional dari Inggris, AS, Jerman, Spanyol dan Siprus, menggunakan model baru untuk memperkirakan kematian akibat polusi udara terkait bahan bakar fosil, serta menilai potensi manfaat kesehatan dari kebijakan yang menggantikan bahan bakar fosil dengan sumber energi yang bersih dan terbarukan.
Mereka meneliti kelebihan kematian menggunakan data dari studi Global Burden of Disease 2019, serta data partikel halus dan populasi berbasis satelit NASA, serta kimia atmosfer, aerosol, dan pemodelan risiko relatif untuk 2019.
Hasilnya menunjukkan bahwa pada 2019, 8,3 juta kematian di seluruh dunia disebabkan oleh partikel halus (PM2.5) dan ozon (O3) di udara sekitar, dimana 61% (5,1 juta) di antaranya terkait dengan bahan bakar fosil.
“Pengurangan emisi polusi udara secara besar-besaran, terutama melalui penghentian penggunaan bahan bakar fosil, dapat memberikan dampak kesehatan yang besar dan positif. Hasilnya menunjukkan bahwa beban kematian akibat polusi udara dari penggunaan bahan bakar fosil lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya,” tulis para peneliti.
Para peneliti mengatakan, salah satu alasan model mereka menghasilkan perkiraan yang lebih besar dibandingkan sebagian besar penelitian sebelumnya adalah karena model tersebut hanya didasarkan pada studi tentang polusi udara luar ruangan.
Ketidakpastian masih tetap ada. Namun mengingat tujuan perjanjian iklim Paris untuk mencapai netralitas iklim pada 2050, peneliti studi tersebut mengatakan “penggantian bahan bakar fosil dengan sumber energi yang bersih dan terbarukan akan memberikan manfaat tambahan yang luar biasa bagi kesehatan masyarakat dan iklim”.