Solusi Berbasis Alam demi Hadapi Krisis Iklim, Isu Kunci di COP28

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Senin, 04 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Alam mendasari peradaban manusia di setiap sudut planet ini. Dari lautan hingga hutan hujan, padang rumput hingga rawa bakau, ekosistem memberi makan miliaran manusia, menghasilkan air bersih, dan menyediakan bahan-bahan untuk berlindung. Saat bumi memanas, para ilmuwan dan pegiat konservasi mendesak dunia untuk memanfaatkan dan memulihkan alam agar planet bumi tetap layak huni. Tahun ini, solusi berbasis alam menjadi salah satu isu kunci yang akan diperbincangkan dalam KTT iklim PBB (COP28) di Dubai, untuk mengatasi perubahan iklim.  

Apa itu solusi berbasis alam? 

Solusi berbasis alam adalah istilah umum untuk memanfaatkan alam untuk memitigasi dampak perubahan iklim sekaligus memberikan manfaat bagi keanekaragaman hayati dan kesejahteraan manusia. Ada ribuan contoh, mulai dari menanam pohon untuk melindungi bangunan dari panas; memulihkan lahan basah untuk menciptakan kota spons yang menyerap air sehingga melindungi masyarakat dari banjir; hingga penanaman mangrove untuk menahan gelombang badai di wilayah pesisir.

Para ilmuwan mengatakan hal ini merupakan pilihan yang murah namun kurang dimanfaatkan untuk melindungi umat manusia dari krisis lingkungan hidup di abad ke-21. Solusi ini juga meningkatkan ketahanan pangan dan air, kesehatan manusia, dan melindungi masyarakat dari cuaca ekstrem.

Mengapa kita membutuhkannya?

Perjanjian Paris bukan hanya tentang membatasi pemanasan global. Kesepakatan ini juga mencakup komitmen mitigasi dan adaptasi terhadap dunia yang lebih panas dimana banjir, kekeringan dan badai besar akan lebih sering terjadi dan intens karena konsentrasi gas rumah kaca yang lebih tinggi di atmosfer akibat pembakaran energi fosil.

Salah seorang relawan WWF Indonesia sedang menanam bibit pohon. Foto: WWF Indonesia

Dalam banyak kasus, alam membantu dan menjaga kita agar aman dari dampak terburuk. Misalnya, di banyak belahan dunia, curah hujan diperkirakan tidak teratur, lalu terlalu banyak, kemudian terlalu sedikit. Memanfaatkan alam untuk menampung lebih banyak air di lanskap, baik melalui perluasan lahan basah atau bahkan memperkenalkan kembali berang-berang di dekat perkotaan sehingga bendungan mereka dapat memperlambat aliran air, dapat meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan banjir.

Mengapa keanekaragaman hayati sangat penting?

Banyak ilmuwan memperingatkan bahwa perilaku manusia mendorong kepunahan massal keenam kehidupan di Bumi, dengan 1 juta spesies terancam punah. Hal ini, pada gilirannya, menurunkan kemampuan bumi dalam mendukung kehidupan dan kesejahteraan manusia.

Berdasarkan definisinya, ekosistem yang berketahanan dan lengkap adalah ekosistem yang penuh dengan tumbuhan, hewan, dan organisme lain yang tidak ada pada ekosistem yang terdegradasi. Misalnya saja, perkebunan yang hanya terdiri dari satu spesies pohon akan mendukung lebih sedikit kehidupan, menyimpan lebih sedikit karbon, dan hanya memberikan sedikit manfaat bagi lingkungan dibandingkan dengan hutan tua yang telah berdiri selama ribuan tahun.

Jika solusi iklim tidak memanfaatkan seluruh kekayaan alam, solusi tersebut seringkali menjadi kurang efektif dan memberikan manfaat yang jauh lebih sedikit. Oleh karena itu, terkadang solusi paling sederhana dan efektif adalah mempertahankan ekosistem yang utuh. 

Ada lusinan contoh yang menunjukkan pentingnya keanekaragaman hayati dan bagaimana keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan. Di wilayah pedalaman Portugal, yang merupakan lanskap yang didominasi oleh perkebunan kayu putih non-asli yang pernah mengalami kebakaran hutan dahsyat, masyarakat menanam spesies pohon dan tanaman asli yang tidak mudah terbakar di dekat kota dan desa untuk membantu meminimalkan kerusakan dan menjaga masyarakat tetap aman dari kebakaran di masa depan.

Seberapa besar manfaatnya?

Alam dapat memainkan peran penting dalam mitigasi dan adaptasi terhadap krisis iklim. Laut dan daratan menyerap lebih dari separuh emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia setiap tahunnya, dan banyak peneliti berpendapat bahwa ekosistem ini dapat melakukan lebih banyak hal lagi seiring dengan dekarbonisasi dunia. Namun kemampuan untuk melakukan hal tersebut terancam oleh kerusakan iklim, termasuk ancaman runtuhnya hutan hujan tropis Amazon. 

Sebuah studi mengenai hutan dunia baru-baru ini menemukan bahwa emisi Amerika Serikat yang setara dengan 50 tahun dapat disedot dengan membiarkannya menjadi tua dan memulihkan ekosistem yang terdegradasi. Namun terdapat peringatan penting: para ilmuwan mengingatkan bahwa penanaman pohon monokultur secara massal, dan menggunakannya sebagai penyeimbang karbon, tidak akan membantu hutan mewujudkan potensinya. 

Apakah solusi berbasis alam merupakan alternatif untuk mengurangi emisi?

Tidak. Kerusakan iklim merupakan ancaman terhadap alam dan penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati. Kemampuan alam untuk membantu kita beradaptasi dan memitigasi pemanasan global kemungkinan akan menurun seiring dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca.

Apa perannya dalam perhelatan COP28? 

Banyak negara yang memanfaatkan alam sebagai bagian dari kontribusi mereka terhadap target perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2C di atas tingkat pra-industri. Perusahaan-perusahaan besar dan kecil mendanai solusi berbasis alam untuk memenuhi target keberlanjutan mereka, yang sering mereka tunjukkan pada pertemuan puncak iklim tahunan.

Cop28 akan memiliki tanggal khusus yang didedikasikan untuk alam dan pangan, dimana alam dan solusi berbasis alam kemungkinan besar akan menjadi hal yang menonjol.