Perkenalkan, PalmCo, Perusahaan Sawit Negara Terluas di Dunia

Penulis : Kennial Laia

Sawit

Selasa, 05 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Pemerintah resmi membentuk perusahaan sawit negara, PalmCo, yang merupakan gabungan dari subholding Badan Usaha Milik Negara, PT Perkebunan Negara (PTPN). Luasnya diperkirakan mencapai lebih 600.000 hektare pada 2026. 

Melalui pembentukan ini, PTPN diharapkan dapat berkontribusi untuk meningkatkan produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) nasional dan minyak goreng dalam negeri. PTPN memperkirakan produksi minyak goreng akan naik dari 460.000 ton per tahun pada 2021 menjadi 1,8 juta ton per tahun pada 2026. 

"Melalui penggabungan ini, PalmCo diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan. Pada saat bersamaan, subholding ini ditargetkan menjadi pemain utama industri sawit dunia," kata Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam siaran pers, Jumat, 1 Desember 2023. 

Proyeksi luas lahan PalmCo lebih besar dari Sime Darby, raksasa sawit Malaysia yang beroperasi di Indonesia, dengan luas konsesi 266.488 hektare dan area tertanam seluas 193.758 hektare. Lahan PalmCo juga lebih luas dari konsesi Golden Agri milik Sinar Mas, yang memiliki konsesi 485.606 hektare. 

Ilustrasi pemanenan tandan buah segar tanaman sawit. Dok PTPN III

PalmCo diinisiasi oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dipimpin Erick Thohir, juga merupakan pengusaha. Erick resmi menggabungkan 13 perusahaan di bawah holding Perkebunan Nusantara, PTPN III (Persero) menjadi dua subholding yaitu PalmCo dan SupportingCo, Jumat, 1 Desember 2023. 

Secara rinci, PalmCo dibentuk melalui penggabungan PTPN V, VI, dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai entitas bertahan serta pemisahan tidak murni PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV. 

Sementara itu SupportingCo dibentuk dengan bergabungnya PTPN II, VII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I. 

SupportingCo akan menjadi perusahaan pengelola aset perkebunan unggul, mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, serta diversifikasi usaha lainnya.  

Kartika mengatakan penggabungan atau merger PTPN Grup bertujuan sebagai efisiensi dan peningkatan berbagai indikator keuangan, serta operasional perseroan.  “Tentunya setelah penandatanganan ini akan ada integrasi sistem, HR [human resources], operasional, keuangan, dan sebagainya, yang kami usahakan bisa selesai dalam waktu enam bulan,” ujarnya.

Menurut Kartika, PalmCo akan didorong untuk fokus meningkatkan hilirisasi produk kelapa sawit. Perseroan juga bakal memusatkan perhatian untuk memproduksi biogas, biodiesel, sustainable efficient fuel, dan produk lainnya.  

“Bagaimana transformasi ini bisa menjadikan PalmCo menjadi perusahaan sawit terdepan, bukan hanya dari on-farm-nya, tapi juga off-farm untuk bisa melakukan downstream, penciptaan nilai, termasuk renewable energy yang berkelanjutan,” ujar Kartika.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Muhammad Abdul Ghani, mengatakan bahwa pembentukan PalmCo dan SupportingCo turut menjadi strategi korporasi untuk menghadapi persaingan global yang semakin ketat. 

Menurutnya, strategi subholding secara konkret bertujuan memaksimalkan nilai aset land bank untuk nilai tambah, peningkatan margin laba kotor (Ebitda) lima tahun mendatang, peningkatan ekuitas, dan fokus bisnis yang semakin kuat.  Ghani mengatakan, pihaknya juga akan menjadikan inisiatif environment, social, and governance (ESG) sebagai salah satu indikator penting dalam perlindungan nilai perusahaan.  

“Dalam menjalankan seluruh bisnis dan aktivitas operasionalnya, perseroan senantiasa memastikan produk yang dihasilkan tidak hanya memberikan dampak ekonomi, tetapi juga memiliki dampak terhadap sosial dan lingkungan,” ujar Ghani.