COP28: Hutan Indonesia Terancam Tambang Nikel dan Transisi Energi

Penulis : Aryo Bhawono

Tambang

Kamis, 07 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Penambangan nikel, sebagai salah satu bahan baku baterai kendaraan (Electric Vehicle/ EV), justru mengancam hutan alam di Indonesia. Lebih dari 450.000 hektare konsesi pertambangan nikel dan area perizinan untuk transisi energi, atau lebih dari separuh konsesi, tumpang tindih dengan hutan alam.

Kelompok penelitian Earth Insight mempublikasikan penelitian ancaman minyak dan gas terhadap wilayah tropis dan kawasan lindung di seluruh dunia di tengah helat COP 28 di Dubai, Uni Emirat Arab. Laporan-laporan ini tak hanya menyajikan kebutuhan mendesak peralihan dari bahan bakar fosil namun juga dampak transisi energi yang kompleks justru mengancam ekosistem dengan pertambangan logam bahan baku baterai seperti nikel. 

Hutan Indonesia, menurut laporan itu, terancam oleh pertambangan nikel. Data Auriga Nusantara, salah satu mitra Earth Inside dalam penelitian ini, menyebutkan lebih dari 450.000 hektare konsesi pertambangan nikel dan area perizinan untuk transisi energi, atau lebih dari separuh konsesi, tumpang tindih dengan hutan alam.

Deposit nikel di Indonesia membentang lebih dari 3 juta ha, dan 2,5 juta ha dari deposit tersebut tumpang tindih dengan hutan alam. Hal ini menunjukkan risiko deforestasi yang sangat besar jika izin pertambangan nikel diperluas.

Aktivitas tambang Nikel PT Vale Indonesia di Ferrari Hiels yang mengakibatkan longsor di tahun 2022. Doc: JKMLT/WALHI Sulsel

Nikel, merupakan salah satu mineral penting dalam transisi dari bahan bakar fosil menuju kendaraan listrik tanpa emisi. Tetapi jika mineral ini diperoleh dengan mengorbankan hutan maka akan mengganggu kemampuan alam menjadi solusi iklim. Krisis tidak hanya dialami oleh alam, melainkan juga keanekaragaman hayati dan manusia. 

Selain ancaman deforestasi karena nikel, Auriga Nusantara mencatat seluas 3 juta hektare hutan tropis yang masih utuh tumpang tindih dengan konsesi pertambangan. Selain itu sebanyak 3.000 pemukiman den 4,5 juta orang hidup di dalam konsesi tambang. 

Data ancaman tambang Nikel di Indonesia terhadap hutan alam. sumber: Earth Inside-Auriga Nusantara

Direktur Eksekutif Auriga Nusantara, Timer Manurung menyatakan kawasan lindung yang seharusnya dilindungi secara hukum di wilayah ASEAN, kini berada dalam tekanan eksploitasi berlebihan dan fragmentasi habitat. Kawasan lindung ini juga terancam oleh pertambangan, termasuk nikel. 

“Hal ini sangat salah dan harus dihentikan, kita harus memastikan perlindungan hutan dan pesisir alami yang tersisa, serta masyarakat setempat," ucapnya. 

Direktur Eksekutif Earth Insight, Tyson Miller, mengatakan para pemimpin dunia yang berkumpul di COP 28 memiliki kesempatan untuk berkomitmen menghentikan ekspansi bahan bakar fosil sekarang juga, bukan beberapa tahun lagi. 

“Memprioritaskan penghentian ekspansi bahan bakar fosil dan industri di kawasan lindung dan tiga cekungan hutan tropis terbesar di dunia dan sekitarnya sangat penting, dan akan menciptakan ruang bagi munculnya solusi keuangan dan solusi lainnya di tingkat regional dan internasional yang menyeimbangkan kebutuhan pembangunan ekonomi dan batas-batas planet ini," kata dia.