Sungai di Petapahan Riau Rusak Akibat Sawit dan Illegal Logging

Penulis : Gilang Helindro

Sawit

Jumat, 08 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Masyarakat adat Petapahan, Kampar, Riau, mengeluhkan ruang hidup mereka yang rusak sejak isi hutan dirusak terus-menerus. "Kita semua menyesal, jika mengingat kejadian masa lalu. Bagaimana kekayaan dan isi hutan dirusak terus menerus. Baik oleh konsesi hutan, kebun sawit maupun illegal logging. Karena itu kami generasi penerus adat ingin kembali menjaga dan melestarikan hutan adat ini, agar dapat diwarisan buat generasi penerus kami kelak,” kata Habib Brand, masyarakat adat Petapahan, dalam percakapan via telpon genggam pada Senin, 4 Desember 2023.

Habib bercerita, sebelum masuknya perusahaan sawit, masyarakat adat Petapahan, Kampar, Riau mengandalkan ekosistem sungai dan hutan sebagai sumber kehidupan dan perekonomian keseharian.

Sungai dan hutan tidak hanya menjadi sumber ekonomi, namun sebagai pengikat dan pemelihara sistem sosial dan budaya.

Sungai Petapahan menjadi tempat ikan langka yang berasal dari Riau, seperti ikan Tapah, ikan Selais dan lainnya. “Namun kini semua ikan itu sudah jarang dijumpai,” katanya.

Sungai Petapahan sekarang. Masih jernih, meski telah semakin dangkal. Foto: Istimewa

Habib menyebut, Daerah Aliran Sungai Petapahan merupakan DAS yang relatif kecil dengan luas hanya 2.683 kilometer persegi. Selain sebagai sumber hidup, dulu merupakan media utama transportasi masyarakat untuk bepergian, berdagang, sekaligus sebagai tempat mencari ikan, sumber air bersih, kebutuhan pokok rumah tangga, dan sebagai tempat untuk ritual adat. 

Habib bilang, perkebunan sawit memberikan efek buruk terhadap daerah aliran sungai (DAS) di Kenegarian Petapahan. Sungai menjadi dangkal dan ada beberapa sudah ditanami sawit, bagian sungai juga sudah diluruskan, bahkan beralih fungsi.

“Perkebunan sawit, terutama PT Ramajaya Pramukti yang beroperasi di wilayah adat Kenegerian Petapahan menghilangkan budaya masyarakat,” kata Habib.

Datuk Satio Pahlawan, Tetua Adat Kenegerian Petapahan mengatakan, masyarakat Desa Petapahan dan sekitar hutan adat Imbo Putui, adalah masyarakat desa yang berciri pada ekonomi pertanian swasembada jauh sebelum sawit masuk. 

“Dulu kami punya ladang untuk bertani. Sungai itu untuk sumber ikan. Jika, musim kemarau panjang, ladang kering, sungai lagi surut, hutan jadi tumpuan kami hidup. Jadi kami tidak pernah kekuarangan sumber pangan untuk masyarakat desa Kami. Selama ada sungai, hutan dan ladang,” kata Datuk Satio.