Harimau Sumatra Lagi-lagi Mati di Medan Zoo

Penulis : Kennial Laia

Satwa

Sabtu, 06 Januari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Untuk kedua kalinya dalam dua bulan, harimau sumatra ditemukan mati di Medan Zoo, Medan, Sumatera Utara. Satwa berstatus dilindungi itu mati pada 31 Desember 2023, tak lama berselang kematian harimau lainnya di kebun binatang tersebut. 

Kepala Bidang Teknis Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara, Fifin Nopiansyah, mengonfirmasi kematian tersebut. “Benar,” katanya melalui pesan kepada Betahita, Jumat, 5 Januari 2024. 

Fifin tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai penyebab, hasil nekropsi, maupun kronologi kematian satwa tersebut. Redaksi juga telah menghubungi Manajer Medan Zoo, Pernius Harefa, namun tidak mendapat respons. 

Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) yang mati kali ini adalah Putri Nurhaliza, berjenis kelamin betina berusia sembilan tahun. Sebelumnya Erha, harimau sumatra jantan, juga ditemukan mati pada 3 November 2023. Tidak lama setelah itu harimau benggala bernama Avatar mati di kebun binatang yang sama. 

Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae). Dok WWF Indonesia

Harimau sumatra dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature berstatus Critically Endangered atau terancam punah. 

The Wildlife Whisperer of Sumatra (WWS), lembaga konservasi yang memantau situasi ini, mengatakan kematian disebabkan oleh sakit kronis yang sudah menahun. 

WWS mengatakan kondisi serupa dialami empat harimau sumatra yang tersisa di kebun binatang tersebut. “Semua harimau yang tersisa di Medan Zoo sudah kronis. Harapan selamat dan sehat sulit karena pembiaran sakit yang tidak diobati,” kata WWS kepada Betahita, Jumat, 5 Januari 2024. 

Menurut lembaga tersebut, saat ini harimau sumatra mengalami sakit akibat pengelolaan yang tidak memadai, mulai dari buruknya pakan dan nutrisi, serta ketidaksediaan obat dan vitamin. “Bahkan air juga (tidak tersedia). Pompa air tidak ada di sana,” kata WWS. 

Selain itu, tenaga medis tidak tersedia di Medan Zoo. Menurut WWS, dokter hewan di sana bekerja secara gratis atau pro bono, dengan mengeluarkan uang pribadi untuk pengobatan satwa. Saat harimau Erha mati tahun lalu, barulah dokter hewan dari BKSDA Sumatera Utara turun lapangan.

“Medan Zoo tidak memiliki uang untuk membeli obat, dan tidak ada juga obat tersedia yang bisa digunakan dokter hewan,” ujar WWS. 

WWS mendesak agar BKSDA Sumatra Utara transparan dalam menerangkan penyebab kematian harimau sumatra. Mereka juga menilai Medan Zoo gagal sebagai lembaga konservasi, dan harus ditutup. WWS juga mendesak agar pemerintah kota Medan mengambil tindakan serius untuk mengatasi kondisi satwa di kebun binatang tersebut.