Energi Terbarukan Naik Tahun 2024, Tapi Target 23% Tetap Mustahil
Penulis : Kennial Laia
Energi
Rabu, 10 Januari 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Kapasitas energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia diprediksi terus bertambah pada 2024. Namun pertumbuhan tersebut belum akan memenuhi target bauran energi terbarukan nasional sebesar 23% pada 2025.
“Kapasitasnya akan bertambah, karena ada proyek yang sudah direncanakan sejak tahun lalu, dan mungkin ada juga yang sudah COD (commercial operation date) tahun ini,” kata Direktur Eksekutif Institute for Energy Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa kepada Betahita, Senin, 8 Januari 2024.
COD atau commercial operation date merujuk pada tanggal mulai beroperasinya suatu pembangkit listrik untuk menyalurkan daya ke jaringan tenaga listrik milik PT PLN (Persero).
Fabby menilai tren hingga saat ini belum menunjukkan target 23% akan tercapai. “Kalau kita melihat target 23% bauran energi terbarukan hingga 2025 itu, artinya setiap tahun harus bertambah 5.000 megawatt (MW). Saya belum melihat arah ke sana,” kata Fabby.
Hal ini ditunjukkan oleh data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Paruh pertama 2023 mencatat 12,5% atau jauh dari target yang ditetapkan di 17,9%. Angka ini tidak jauh berbeda dari capaian tahun 2022 dan 2022, masing-masing di level 12,3% dan 12,2%.
November tahun lalu, Kementerian ESDM juga telah mengatakan target ini akan meleset. Salah satu faktornya, menurut kementerian tersebut, sebagian besar COD pembangkit EBT baru akan dieksekusi satu tahun setelahnya (2026) secara bertahap.
Secara khusus, Fabby menyoroti pertumbuhan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). “PLTS berpotensi tumbuh besar tahun ini. Banyak proyek di pipeline yang belum dieksekusi tahun lalu akan beroperasi. Jika tidak ada hambatan, khusus PLTS atap saja kemungkinan besar mencapai 3 GW,” kata Fabby.
Data Kementerian ESDM, total kapasitas PLTS terpasang pada semester 1 tahun 2023 sebesar 322,6 megawatt (MW). Angka ini diperkirakan naik menjadi 700-800 MW pada akhir tahun lalu.
Investasi pada energi baru dan terbarukan meningkat
Selain itu, investasi terhadap pengembangan energi terbarukan di Indonesia akan meningkat. Fabby mengatakan ini karena didukung oleh berbagai faktor. Di antaranya kebijakan dan target pemerintah yang pro-EBT dan ingin mendorong pemanfaatannya.
Pemerintah juga terus mendorong biofuel, biodiesel, dan bioavtur untuk pesawat terbang serta biogasoline dari etanol. “Ini juga targetnya lumayan tinggi sehingga akan dibutuhkan, misalnya investasi baru untuk pembangunan kilang,” kata Fabby.
Faktor kedua, kata Fabby, minat masyarakat dan konsumen menggunakan energi terbarukan juga tinggi. Hal ini kemudian mendorong PT PLN untuk terus mengembangkan dan menyediakan listrik. Tahun lalu, misalnya, PLN menandatangani beberapa kontrak penyediaan listrik dari energi terbarukan dengan kawasan industri, termasuk di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Fabby menilai proyek yang akan dikembangkan PLN dan perusahaan swasta memiliki jumlah kapasitas listrik yang cukup besar. “Jadi secara keseluruhan prospeknya cukup bagus,” kata Fabby.
Institute for Essential Services Reform (IESR) melihat investasi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan 2023 karena banyaknya proyek-proyek besar yang akan dieksekusi tahun ini.
Sebagai catatan, investasi pada sektor energi baru dan terbarukan tahun lalu menjadi yang paling rendah dalam enam tahun terakhir. Data Kementerian ESDM, realisasi investasi energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) baru mencapai US$ 1,17 miliar atau 64,49% dari target senilai US$ 1,8 miliar.
Jika dibandingkan dengan periode 2017-2022, tren investasi EBTKE berada di kisaran US$ 1,35 miliar - US$ 1,96 miliar.
Proyek EBT yang rampung pada 2023
Sepanjang 2023, PT PLN (Persero) menyelesaikan 28 pembangkit EBT baru. Perusahaan pelat merah ini juga melakukan program de-dieselisasi dengan pembangunan jaringan transmisi dan jaringan distribusi hingga pengembangan hidrogen hijau.
Direktur Utama PLN Darman Prasodjo mengatakan, PLN berkomitmen penuh mendukung pemerintah melakukan transisi energi untuk mengatasi perubahan iklim.
“Kami memangkas ketergantungan kami pada fosil. Tentu saja, kami menghadapi beberapa tantangan dalam melakukan transisi energi. Namun di saat yang sama, kami juga punya banyak peluang melalui kolaborasi,” kata Darmawan dalam pernyataan tertulis, Senin, 8 Januari 2023.
Salah satu proyek yang diresmikan tahun lalu adalah PLTS terapung Cirata, yang berkapasitas 192 MW peak (MWp). Kemudian terdapat 27 pembangkit EBT lainnya dengan total kapasitas 344 MW.
Menurut Darmawan, ke depannya PLN akan menjalankan skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang akan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 75% dan pembangkit berbasis gas sebesar 25% hingga 2040.
Dengan skenario ini, diharapkan Indonesia bisa mencapai target net zero emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Skema ARED ini juga dipaparkan pada forum global United Nations Climate Change Conference (COP28) di Dubai, UEA yang diselenggarakan pada 30 November – 13 Desember 2023.
“Kami tidak bisa menjalankan semuanya dalam suasana kesendirian. Satu-satunya cara untuk terus maju adalah melalui kolaborasi. Kita berbicara tentang kolaborasi dari sisi kebijakan, inovasi teknologi, investasi sehingga seluruh dunia bersama menuju satu tujuan, menyelamatkan bumi,” kata Darmawan.