Kegiatan Kambing Gunung Geser ke Malam Karna Panas -Kerjamu juga?

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Minggu, 21 Januari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Para ilmuwan menemukan bahwa pemanasan global mendorong kambing gunung ke gaya hidup nokturnal yang dapat membuat mereka terpapar lebih banyak predator.

Riset ini dilakukan oleh tim peneliti di Universitas Sassari, Sardinia. Mereka menggunakan kalung GPS yang dilengkapi sensor gerak untuk melacak aktivitas ibex Alpen, sejenis kambing gunung, antara bulan Mei dan Oktober dari tahun 2006 hingga 2019.

Mereka menemukan bahwa pada hari-hari panas, spesies yang biasanya diurnal ini lebih cenderung aktif pada malam hari.

Penelitian tersebut, yang membandingkan aktivitas malam hari kambing gunung di dua taman nasional Eropa, menemukan bahwa aktivitas malam hari lebih tinggi di wilayah dengan lebih banyak predator di malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan spesies tersebut untuk menghindari panas melebihi upaya mereka untuk menghindari predator.

Kambing gunung ibex Alpen adalah pemanjat yang hebat. Dok iStock

“Kami memperkirakan tingkat aktivitas malam hari akan lebih tinggi di Swiss karena tidak terdapat serigala [salah satu predator utama hewan ini], namun kami menemukan hal sebaliknya,” kata Francesca Brivio, yang ikut menulis penelitian bersama rekan-rekannya di University of Ferrara, Kamis, 18 Januari 2024. 

“Kami menemukan, aktivitas hewan tersebut malah lebih tinggi terjadi di wilayah yang banyak terdapat serigala,” ujar Brivio.  

Sehubungan dengan temuan penelitian serupa, penelitian ini mendukung hipotesis bahwa meningkatkan aktivitas malam hari mungkin merupakan strategi umum mamalia untuk menghadapi tekanan panas yang disebabkan oleh pemanasan global.

“Kita dapat memperkirakan bahwa pada malam hari ketika suhu lebih rendah, hewan lain akan mengalihkan aktivitas mereka ke jam-jam malam hari. Jika pada siang hari terlalu panas untuk makan atau beraktivitas, mereka akan lebih memilih melakukan segala aktivitasnya, seperti mencari makan, pada malam hari,” kata Brivio. 

Tingkat aktivitas malam hari yang lebih tinggi pada ibex Alpen dapat memengaruhi dinamika populasi hewan tersebut. Pasalnya, hewan tersebut bersifat diurnal sehingga menjadi aktif di malam hari mungkin lebih sulit bagi mereka. 

“Pergerakan mereka di lereng berbatu tempat mereka tinggal mungkin lebih sulit, sehingga efisiensi mencari makan dan strategi mencari makan menjadi kurang efisien. Meskipun kami tidak mengumpulkan data mengenai hal ini, kami dapat memperkirakan bahwa kapasitas mereka untuk memperoleh makanan akan lebih rendah [pada malam hari] dan hal ini akan berdampak pada kebugaran dan dinamika populasi,” kata Brivio. 

“Pergeseran ke arah aktivitas malam hari juga akan meningkatkan tumpang tindihnya mereka dengan predator malam hari; hal ini sekali lagi mempunyai konsekuensi terhadap dinamika populasi,” ujarnya. 

Meningkatnya aktivitas malam hari di antara hewan untuk mengatasi tekanan panas yang disebabkan oleh pemanasan global juga dapat berdampak pada pencatatan hewan di masa depan.

“Umumnya kegiatan sensus dilakukan dengan pengamatan langsung pada siang hari… Di saat nanti hewan lebih aktif pada malam hari, kita harus mencari teknik lain untuk menghitung hewan,” kata Brivio.