Badak Putih Afrika Sukses Hamil via Transfer Embrio

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Spesies

Rabu, 31 Januari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Seekor badak betina berhasil hamil melalui transfer embrio, menjadi keberhasilan pertama penggunaan metode ini. Menurut para peneliti, keberhasilan ini menjadi harapan untuk menyelamatkan subspesies badak putih utara (Ceratotherium simum cottoni) yang hampir punah.

Dilansir dari Associated Press, percobaan transfer embrio ini dilakukan dengan subspesies badak putih selatan (Ceratotherium simum simum) yang tidak terlalu terancam punah. Para peneliti menciptakan embrio di laboratorium dari sel telur dan sperma yang dikumpulkan dari badak dan ditransfer ke ibu pengganti badak putih selatan di Ol-Pejeta Conservancy di Kenya.

"Keberhasilan transfer embrio dan kehamilan adalah bukti konsep dan memungkinkan (peneliti) untuk beralih ke transfer embrio badak putih utara dengan aman, sebuah landasan dalam misi untuk menyelamatkan badak putih utara dari kepunahan," ujar kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (24/1/2024) pekan lalu.

Namun, tim baru mengetahui kehamilan tersebut setelah ibu pengganti mati karena infeksi bakteri pada November 2023. Badak tersebut terinfeksi ketika spora dari jenis clostridium dilepaskan dari tanah oleh air banjir, dan embrio ditemukan selama pemeriksaan post-mortem.

Dalam foto yang dirilis oleh Institut Leibniz untuk Penelitian Kebun Binatang dan Margasatwa ini, Dr. Thomas Hildbrandt, kepala proyek, memegang embrio badak putih yang dibuat di laboratorium dari sel telur dan sperma yang sebelumnya telah dikumpulkan dari badak lain dan kemudian ditransfer ke dalam induk pengganti badak putih selatan, di Kenya, 29 November 2023. Foto: Jon Juarez/IZW via AP

Meski begitu, para ilmuwan tetap optimis dengan temuan mereka, meskipun beberapa ahli konservasi skeptis bahwa terobosan ini datang tepat pada waktunya untuk menyelamatkan badak putih utara.

"Sekarang kami memiliki bukti yang jelas bahwa embrio yang dibekukan, dicairkan, dan diproduksi di dalam tabung reaksi dapat menghasilkan kehidupan baru dan itulah yang kami inginkan untuk badak putih utara," kata Thomas Hildebrandt, peneliti utama dan kepala Departemen Reproduksi di BioRescue.

Sekitar 20.000 badak putih selatan tersisa di Afrika. Subspesies tersebut dan juga spesies lainnya, badak hitam, bangkit kembali dari penurunan populasi yang signifikan akibat perburuan liar untuk diambil culanya. Namun, subspesies badak putih utara hanya memiliki dua anggota yang diketahui tersisa di dunia.

Najin, yang berusia 34 tahun, dan keturunannya yang berusia 23 tahun, Fatu, diketahui tidak mampu berkembang biak secara alami, menurut Ol-Pejeta Conservancy, tempat di mana mereka tinggal. Badak putih jantan terakhir, Sudan, berusia 45 tahun ketika ia disuntik mati pada 2018 karena komplikasi yang berkaitan dengan usia. Dia adalah ayah dari Najin.

Para ilmuwan menyimpan air maninya dan air mani dari empat badak lain yang mati, dengan harapan dapat digunakan dalam pembuahan in vitro dengan sel telur yang diambil dari badak putih utara betina untuk menghasilkan embrio yang pada akhirnya akan dibawa oleh induk pengganti badak putih selatan.

Beberapa kelompok konservasi berpendapat bahwa mungkin sudah terlambat untuk menyelamatkan badak putih utara dengan pembuahan in vitro, karena habitat alami spesies ini di Chad, Sudan, Uganda, Kongo, dan Republik Afrika Tengah telah dirusak oleh konflik dengan manusia. Para skeptis mengatakan bahwa upaya tersebut seharusnya difokuskan pada spesies lain yang terancam punah yang memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup.

"Berita tentang transfer embrio pertama yang berhasil pada badak merupakan langkah yang menggembirakan, namun sayangnya sudah terlambat untuk menciptakan populasi badak putih utara yang layak," kata Dr Jo Shaw, CEO Save the Rhino International.

Shaw mengatakan, fokus kelompoknya tetap pada penanganan dua ancaman utama terhadap lima spesies badak di seluruh dunia, yaitu perburuan badak untuk diambil culanya dan hilangnya habitat akibat pembangunan.

"Harapan terbaik kami adalah bekerja sama dengan berbagai mitra yang terlibat untuk memberikan badak ruang dan keamanan yang mereka butuhkan untuk berkembang secara alami," katanya.

Kelompoknya mengatakan bahwa mereka terus mendorong perkembangbiakan alami untuk meningkatkan jumlah badak. Ia mencontohkan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), yang jumlahnya kurang dari 80 ekor. Tahun lalu, dua anak badak lahir melalui reproduksi alami, kata kelompok tersebut.