Petisi Untuk Fesyen yang Ngaku Hijau, Ternyata Kotor
Penulis : Aryo Bhawono
Iklim
Kamis, 01 Februari 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Sebanyak 30 organisasi masyarakat sipil di 17 negara mengirimkan petisi penghentian penggunaan biomassa oleh industri mode kepada Fashion Industry Charter for Climate. Riset yang dilakukan oleh Stand.Earth, salah satu lembaga pengirim petisi itu, menyebutkan beberapa brand sandang ternama masih menggunakan energi biomassa. Bahkan beberapa di antaranya menyebutkan biomassa sebagai solusi energi hijau.
Petisi dilayangkan pada 25 Desember 2023 lalu. Mereka menyerukan penghentian penggunaan biomassa dalam industri mode karena dampaknya terhadap lingkungan dan sosial. Petisi dikirimkan kepada Fashion Industry Charter for Climate, sebuah program kerja aksi iklim yang mengumpulkan para pemangku kepentingan di bidang fesyen. Program kerja ini berada di bawah UN Climate Change.
“Kami bersurat sebagai perwakilan organisasi masyarakat sipil yang peduli pada lingkungan, keadilan iklim dan kemerdekaan hak-hak sipil. Melalui surat ini, kami ingin menyampaikan isu yang sangat penting, yakni penggunaan biomassa (on-site biomass boilers) dalam industri mode (fashion), sekaligus mengajukan petisi penghentian segera penggunaan tersebut karena dampaknya terhadap lingkungan dan sosial,” tulis surat tersebut.
Selama ini berbagai brand fesyen mulai meniadakan penggunaan batubara. Namun mereka beralih ke biomassa yang dipromosikan secara keliru sebagai pengganti sementara bahan bakar fosil.
Biomassa yang berasal dari kayu, sisa tanaman, sekam padi dan cangkang sawit, sebagai bahan energi termal di pabrik justru menjerumuskan industri fesyen. Penggunaan biomassa akan berdampak negatif terhadap iklim, ekosistem, kesehatan manusia dan transisi energi di Asia. Hal ini bertolak belakang dengan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang semestinya dijunjung tinggi industri fesyen sebagai salah satu pemain kunci di kancah global.
Laporan Stand.Earth, sebuah lembaga riset dan pengkampanye lingkungan asal Kanada yang turut dalam petisi ini, berjudul ‘Biomass Burning: The Fashion Industry’s False Phase-Out’ mengungkapkan sejumlah merk fesyen besar masih menggunakan energi biomassa. Mereka di antaranya:
1. Fast Retailing
Perusahaan induk merk Uniqlo, memiliki lima pemasok dari Asia yang menggunakan biomassa dalam produksi mereka. Pemasok ini di antaranya adalah Makalot Industrial Co Ltd, Pan Brothers Tbk, PT, Shenzhou Internasional Group Holdings Ltd, dan Toray Industries Inc.
Makalot Industrial Co Ltd tak menyediakan informasi mengenai penggunaan biomassa. Pan Brothers menyebutkan peningkatan penggunaan biomassa dari cangkang sawit dan kapuk pada 2022. Toray Industries melaporkan konsumsi biomassa sebesar 271.052 MWh mulai 1 April 2022 hingga 31 Maret 2023.29
Fast Retailing sendiri mengakui masalah biomassa ini dan akan meminimalkan penggunaannya.
Pemasok Fast Retailing Yang Menggunakan biomassa. Kredit: Biomass Burning: The Fashion Industry’s
2. GAP
Tiga produsen dalam daftar pemasok Gap di Asia menggunakan biomassa, yakni Gokaldas Eksports Ltd, Hansae Co. Ltd., dan Makalot Industrial Co Ltd. Gokaldas Exports Ltd belum memberikan rincian mengenai penggunaan biomassanya. Makalot Industrial Co Ltd dilaporkan meningkatkan laju penerapan boiler biomassa di semua lokasi produksi.
Sedangkan Hansae Co Ltd menyebutkan beberapa fasilitas menjahit perusahaan itu telah beralih dari bahan bakar cair dan batu bara menjadi biomassa seperti kayu bakar, serbuk gergaji briket, limbah kayu, dan sekam padi.
Pemasok GAP yang menggunakan biomassa. Kredit: Biomass Burning: The Fashion Industry’s False Phase
3. H&M
Email balasan yang H&M kepada Stand.earth, H&M menyebutkan pemanfaatan biomassa merupakan peralihan sumber energi. Penelitian perusahaan itu mengenai pemanfaatan sekam padi, cangkang jambu mete, batang tebu, dan produk limbah pertanian lainnya merupakan bahan berkelanjutan untuk produksi dan pengolahan pakaian.
Di Kamboja, H&M mendukung pembakaran beras sekam untuk menghasilkan panas dan uap pada pakaian produksi dan memang telah dilaporkan menggunakan biomassa di sektor tekstil di negeri ini. Beberapa pemasok seperti Gokaldas Eksports Ltd, Hansae Co Ltd, dan Makalot Industrial Co Ltd, terdeteksi memasang dan menggunakan boiler biomassa di pabrik mereka.
Pemasok H&M yang menggunakan biomassa. Kredit: Biomass Burning: The Fashion Industry’s False Phase
4. Inditex
Perusahaan pemilik merk Zara memandang energi biomassa ramah lingkungan dan mendorong pemasangannya pabrik-pabrik Asia seperti yang ditunjukkan di situsnya. Inditex berpandangan biomassa sebagai solusi transisi seperti solusi alternatif lainnya
Enam pemasok perusahaan itu, seperti Azgard Nine Ltd, Delta Galil Ltd, Gokaldas Ekspor Ltd, Hansae Co Ltd, Indorama Ventures PCL, dan Pan Brothers Tbk, menggunakan boiler biomassa di pabrik mereka di Asia.
Azgard Nine Ltd, berbasis di Pakistan, melaporkan 100% penggunaan PLTU berbahan biomassa. Delta Galil Ltd menggunakan sekam padi untuk biomassa. Indorama Ventures menghasilkan 160895,59 MWh panas dengan membakar sekam padi, serpihan kayu, dan lainnya biomassa pada tahun 2022.
Selain itu, beberapa pabrik di India, Indonesia, dan Thailand telah melaporkan adanya penggabungan batu bara dan biomassa untuk menghasilkan panas, dengan tujuan untuk mengimbanginya emisi.
Pemasok Inditex yang menggunakan biomassa. Kredit: Biomass Burning: The Fashion Industry’s False P
5. Nike dan PUMA
Dalam laporan CDP 2023, Nike menyatakan terus mengeksplorasi alternatif bahan bakar rendah karbon batubara, seperti biomassa dalam kontrak pabrik. PUMA telah melaporkan menawarkan pelatihan kepada pemasok Vietnam untuk biomassa sebagai transisi energi.
Pada sebuah konfirmasi, PUMA menyebutkan bahwa mereka menerima biomassa sebagai energi terbarukan untuk menggantikan bahan bakar fosil meski mereka tahu potensi dampak lingkungan penggunaan biomassa.
Pemasok Nike dan PUMA, Shenzhou International Group Holdings Ltd menggunakan biomassa dalam proses pembuatan sepatu di Vietnam sejak 2022.
Huali Industrial Group Co Ltd, pemasok Nike, menonjol kebijakan meninggalkan batu bara dan mencapai peralihan penuh ke biomassa pada tahun 2017. Huali menggunakan 44.229 ton bahan bakar biomassa, menyumbang 35,2% penggunaan energi pada tahun 2021.
Selain itu, Adidas juga memiliki ditemukan menggunakan biomassa sebagai sumber bahan bakar pembakaran boiler untuk memfasilitasi energi terbarukan adopsi”. Levi's, Primark, dan VF Corporation juga menggunakan biomassa dalam pasokannya rantai di Kamboja.
Padahal pembakaran biomassa justru meningkatkan emisi gas rumah kaca. Pembakaran biomassa terbukti menimbulkan lebih banyak emisi karbon dibandingkan energi fosil konvensional. Apalagi jika ditambah dengan perhitungan emisi dari sektor hulu, mulai dari panen, pengangkutan dan pengolahan, serta pengurangan stok karbon yang diakibatkannya saat mengkonversi hutan.
Maraknya on-site boiler biomassa berpotensi memicu peningkatan laju deforestasi, degradasi ekosistem, hilangnya biodiversitas, dan tekanan pemanfaatan lahan.
Tampak dari ketinggian hamparan PBPH hutan tanaman yang dipergunakan untuk biomassa PLTU./Foto: Tren
Penelitian Trend Asia menyebutkan Pemerintah Indonesia berencana mengganti 5-10% porsi batu bara di PLTU dengan biomassa. Perkebunan tanaman energi untuk memenuhi pasokan 10 juta ton biomassa berisiko menghilangkan 2 juta hektare hutan alam, setara dengan 35 kali luas Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta.
Permintaan pelet dan serpih kayu oleh pabrik garmen berbagai brand mode internasional telah memicu pembalakan, pengangkutan dan perdagangan kayu ilegal di Kamboja. Hal ini membuktikan kian parahnya degradasi hutan, penghancuran ekologi setempat dan ancaman terhadap kelestarian satwa liar.
Selain itu pembakaran biomassa berdampak negatif terhadap kesehatan pekerja dan lingkungan masyarakat lokal. Di India, pembakaran sisa tanaman pertanian menghasilkan berbagai polutan yang mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan. Di Malaysia, emisi partikulat proses pembakaran biomassa serat dan cangkang sawit telah menjadi kekhawatiran besar. Sedangkan di Kamboja berbagai polutan, termasuk jelaga dan partikulat, nitrogen oksida dan sulfur dioksida yang ditimbulkan boiler industri tekstil menjadi ancaman serius bagi pekerja dan masyarakat setempat.
“Menimbang hal-hal tersebut di atas, menjadi penting bagi Piagam Mode PBB untuk meninjau, secara menyeluruh dan strategi komprehensif, ketergantungan para penandatangannya terhadap pembakaran biomassa.
Komitmen perusahaan fesyen mengurangi emisi gas rumah kaca patut dihargai, namun Piagam Mode PBB perlu juga meninjau aspek keberlanjutan penggunaan biomassa sebagai energi “terbarukan”, dan menghentikan legitimasi penggunaanya sebagai alternatif terhadap batubara maupun gas.
Para penandatangan petisi mendesak penghapusan biomassa sebagai energi terbarukan dan mendorong penggunaan energi terbarukan seperti pembangkit tenaga surya dan angin
Perusahaan fesyen juga mesti merilis kemajuan industri mode mengenai transisinya terhadap energi bersih, pun penegakan transparansi dan akuntabilitas secara berkala.
“Kami percaya Piagam Mode PBB akan menyikapi petisi ini sebagaimana mestinya. Kami berharap industri mode menjadi pelopor penggunaan energi terbarukan, dan berkontribusi positif pada upaya-upaya mengatasi perubahan iklim,” tulis petisi tersebut.