Di Wakatobi, Belajar Menjaga Lingkungan Hidup

Penulis : Kennial Laia

Lingkungan

Rabu, 07 Februari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Sebanyak 130 pelajar pagi itu sibuk mengumpulkan sampah di kawasan pesisir dan laut di Desa Liya Mawi, Wangi-Wangi Selatan, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Mengenakan seragam olahraga berwarna biru, mereka menyusuri pantai dengan kantong berwarna putih. Di dalamnya ada botol maupun bungkus plastik camilan instan. 

Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wakatobi, La Ode Agu mengatakan, kegiatan tersebut untuk memperingati Hari Lahan Basah Sedunia setiap 2 Februari. Menurutnya, pendidikan mengenai lingkungan hidup penting agar generasi muda bisa berpartisipasi dalam perlindungan maupun pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, termasuk ekosistem pesisir yang mencakup padang lamun, mangrove, dan terumbu karang. 

“Kegiatan pendidikan lingkungan hidup ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang pentingnya kelestarian lahan basah. Hal ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat konservasi para pelajar terhadap ekosistem lahan basah,” kata Agu melalui keterangan tertulis, 6 Februari 2024. 

Pendidikan lingkungan hidup ini melibatkan pelajar dari SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan dan dilaksanakan pada 3 Februari 2024. Pelaksanaannya diselaraskan dengan penerapan Kurikulum Merdeka Belajar dan diisi dengan pengantar singkat mengenai Hari Lahan Basah Sedunia, materi fungsi ekosistem pesisir bagi kehidupan, kegiatan permainan “Pendekar Lingkungan Penjaga Mangrove Wakatobi”, dan aksi bersih sampah di kawasan pesisir dan laut sekitarnya.

Pelajar sekolah menengah pertama membersihkan sampah di kawasan pesisir saat peringatan Hari Lahan Sedunia di Wangi-Wangi Selatan, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, . Dok La Ode Arifudin/YKAN

Menurut Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I Wangi-Wangi, Balai Taman Nasional Wakatobi, Union, kegiatan itu juga untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat. “Kami juga berharap ada perubahan perilaku dari masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan keberadaan lahan basah demi kesejahteraan manusia dan lingkungannya,” kata Union.

Sementara itu  Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Wangi-Wangi Selatan Adeliya Alim Sabani mengatakan kegiatan ini sangat bagus bagi para pelajar, karena mereka dapat lebih memahami pentingnya ekosistem lahan basah di lingkungan sekitar. "Selain itu, para pelajar juga mendapat pengetahuan dan pengalaman yang berharga karena dapat berinteraksi langsung dengan alam,” kata dia. 

Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekosistem lahan basah terluas di Asia, dengan luas lahan basah sekitar 40,5 juta hektare, atau sekitar 20% dari luas kawasan Indonesia. Di Kabupaten Wakatobi sendiri, terdapat delapan sumber daya penting yang menjadi target konservasi Taman Nasional Wakatobi. Tiga di antaranya adalah kawasan mangrove, lamun, dan terumbu karang yang termasuk ke dalam ekosistem lahan basah di wilayah pesisir. "Namun kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi dan manfaat lahan basah masih minim," kata Koordinator Program Wakatobi Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) La Ode Arifudin. Alih fungsi lahan, selain faktor iklim, menjadi salah satu faktor utama terganggunya ekosistem lahan basah.

Pengelolaan lahan basah secara berkelanjutan, kata Arifudinmenjadi pekerjaan bersama antara masyarakat, lembaga, dan para pemangku kepentingan. “Mangrove, lamun, dan terumbu karang sangat berperan penting untuk menjaga ekosistem pesisir, di antaranya adalah melindungi kawasan pesisir dari abrasi air laut, tempat berkembang biak berbagai jenis biota laut, mengurangi pemanasan global, dan juga sebagai sumber perekonomian bagi masyarakat,” kata Arifudin. 

“YKAN bersama Balai Taman Nasional Wakatobi dan pemerintah daerah terus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program di kawasan konservasi, termasuk bagi wilayah lahan basah di pesisir,” ujarnya.