1.400 Spesies Burung Telah Punah, Akibat Ulah Manusia

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Spesies

Senin, 12 Februari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Aktivitas manusia telah menyebabkan kepunahan sekitar 1.400 spesies burung, sebuah angka yang lebih besar dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya. Hal ini memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap krisis keanekaragaman hayati saat ini.

Dilansir dari SCI Tech Daily, pulau-pulau yang dulunya merupakan tempat yang masih alami, seperti Hawaii, Tonga, dan Azores, mengalami perubahan drastis setelah dihuni oleh manusia. Perubahan ini termasuk penggundulan hutan yang meluas, perburuan yang berlebihan, dan masuknya spesies yang bukan asli, yang mengakibatkan hilangnya banyak spesies burung.

Meskipun kematian banyak burung sejak 1500-an telah dicatat, pengetahuan manusia tentang nasib spesies sebelum ini bergantung pada fosil, dan catatan ini terbatas karena tulang-tulang burung yang ringan akan hancur seiring berjalannya waktu. Hal ini menyembunyikan tingkat kepunahan global yang sebenarnya.

Para peneliti kini meyakini bahwa 1.430 spesies burung--hampir 12 persen--telah punah sepanjang sejarah manusia modern, sejak masa Pleistosen Akhir sekitar 130.000 tahun yang lalu, dan sebagian besar punah baik secara langsung maupun tidak langsung akibat aktivitas manusia.

Bangkai burung yang ditemukan di Dumfries, Inggris. Dok Brian Matthews/Solent News via New Scientists

Penelitian yang dipimpin oleh UK Centre for Ecology & Hydrology (UKCEH) dan dipublikasikan di Nature Communications ini menggunakan pemodelan statistik untuk memperkirakan kepunahan burung yang belum ditemukan. Penulis utama, Dr. Rob Cooke, seorang ahli pemodelan ekologi di UKCEH mengatakan, studi yang ia dan beberapa peneliti lainnya lakukan itu menunjukkan bahwa dampak manusia terhadap keanekaragaman burung jauh lebih tinggi daripada yang diketahui sebelumnya.

Manusia, katanya, telah dengan cepat menghancurkan populasi burung melalui hilangnya habitat, eksploitasi berlebihan, dan masuknya tikus, babi, dan anjing yang menyerbu sarang burung dan berkompetisi dengan mereka untuk mendapatkan makanan.

"Kami menunjukkan bahwa banyak spesies telah punah sebelum ada catatan tertulis dan tidak meninggalkan jejak, hilang dari sejarah," kata Dr. Cooke.

Dr. Søren Faurby dari University of Gothenburg, salah satu penulis studi ini, menambahkan kepunahan bersejarah ini memiliki implikasi besar terhadap krisis keanekaragaman hayati saat ini. Dunia, katanya, mungkin tidak hanya kehilangan banyak burung yang menarik, tetapi juga berbagai peran ekologis mereka, yang kemungkinan besar mencakup fungsi-fungsi kunci seperti penyebaran benih dan penyerbukan.

"Hal ini akan memberikan dampak yang sangat berbahaya bagi ekosistem, sehingga selain kepunahan burung, kita juga akan kehilangan banyak tanaman dan hewan yang bergantung pada spesies ini untuk bertahan hidup," kata Dr. Faurby.

Pengamatan dan fosil menunjukkan bahwa 640 spesies burung telah punah sejak periode Pleistosen Akhir, 90 persen di antaranya berada di pulau-pulau yang dihuni manusia. Mulai dari burung Dodo yang ikonik di Mauritius, Auk Besar di Atlantik Utara, hingga Hoopoe Raksasa Saint Helena yang kurang dikenal. Namun, para peneliti memperkirakan ada 790 kepunahan yang belum diketahui, yang berarti total 1.430 spesies yang hilang, menyisakan kurang dari 11.000 spesies saat ini.

Para ilmuwan mengatakan, penelitian mereka telah mengungkap peristiwa kepunahan vertebrata terbesar yang disebabkan oleh manusia dalam sejarah, selama abad ke-14. Mereka memperkirakan bahwa 570 spesies burung hilang setelah manusia pertama kali tiba di Pasifik Timur, termasuk Hawaii dan Kepulauan Cook--hampir 100 kali lipat dari tingkat kepunahan alami.

Mereka percaya bahwa ada juga peristiwa kepunahan besar pada abad kesembilan sebelum masehi, terutama didorong oleh kedatangan manusia ke Pasifik Barat, termasuk Fiji dan Kepulauan Mariana, serta Kepulauan Canary, dan menyoroti peristiwa kepunahan yang sedang berlangsung, yang dimulai pada pertengahan abad ke-18. Sejak saat itu, selain peningkatan deforestasi dan penyebaran spesies invasif, burung-burung juga menghadapi ancaman tambahan yang disebabkan oleh manusia seperti perubahan iklim, pertanian intensif, dan polusi.

Penelitian sebelumnya oleh para penulis menunjukkan bahwa kita berisiko kehilangan hingga 700 spesies burung tambahan dalam beberapa ratus tahun ke depan, yang akan menjadi pemusnahan spesies yang disebabkan oleh manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Apakah akan ada lebih banyak spesies burung yang punah atau tidak, itu tergantung pada kita. Konservasi baru-baru ini telah menyelamatkan beberapa spesies dan sekarang kita harus meningkatkan upaya untuk melindungi burung, dengan restorasi habitat yang dipimpin oleh masyarakat lokal," ujar Dr. Cooke.

Tim peneliti mendasarkan estimasi model mereka pada kepunahan yang telah diketahui dan tingkat upaya penelitian yang relevan di wilayah-wilayah yang dibandingkan dengan Selandia Baru. Negara ini adalah satu-satunya tempat di dunia di mana fauna burung pra-manusia diyakini sepenuhnya diketahui, dengan sisa-sisa burung yang terawat dengan baik di sana. Semakin sedikit penelitian di suatu wilayah, semakin tidak lengkap catatan fosilnya, dan semakin besar pula jumlah kepunahan yang belum ditemukan.