Harimau ke-5 Mati di Medan Zoo oleh Sakit Tak Tersembuhkan

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Jumat, 16 Februari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) berusia 13 tahun di Medan Zoo, Bintang Sorik, mati pada Selasa (13/2/2024). Bintang Sorik (Binsor) menjadi harimau kelima yang mati di kebun binatang di Medan, Sumatera Utara (Sumut) itu, dalam tiga bulan terakhir. Sama seperti yang lain, Bintang Sorik juga mati dengan prognosis infausta.

"Sudah lima ekor harimau mati di Medan Zoo dengan prognosis infausta," kata Arisa Mukharliza, Juru Kampanye Satwa Liar-The Wildlife Whisperer of Sumatra, Selasa kemarin, dikutip dari Antara.

Infausta adalah suatu penyakit dipastikan tidak dapat disembuhkan. Sebelumnya, Arisa melanjutkan, empat ekor harimau lainnya juga mati di Medan Zoo. Masing-masing dua ekor harimau sumatra bernama Erha pada 23 November 2024, dan Nurhaliza pada 31 Desember 2023.

Kemudian dua ekor harimau benggala (Panthera tigris tigris) bernama Avatar pada 3 Desember 2023, dan Wesa yang berusia 19 tahun pada 22 Januari 2024.

Tampak kondisi Harimau Bintang Sorik saat masih hidup di sebuah kandang di Medan Zoo. Foto: The Wildlife Whisperer of Sumatra.

"Semua makhluk hidup bakal kembali ke sang pencipta. Tetapi kasus harimau di Medan Zoo bukan tentang hidup dan mati satwa, namun tanggung jawab dan peran pengelola kebun binatang," ujar Arisa. 

Pengelola yang dimaksud Arisa adalah Perusahaan Umum Daerah (PUD) Pembangunan, sebagai badan usaha milik daerah (BUMD) milik Pemerintah Kota (Pemkot) Medan, sebagai pengelola Medan Zoo dan pemilik satwa liar milik negara. Selain pengelola Medan Zoo, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melalui Balai Besa Konservasi Sumber Daya ALam (BBKSDA) Sumatera Utara (Sumut), juga mesti bertanggung jawab.

"(Dari) Kedua instansi itu harus dicari tahu sejauh mana mereka benar-benar merawat satwa di tengah kendala finansial sejak pandemi pada 2020," katanya.

Arisa menuturkan, Medan Zoo berdiri karena kebutuhan perlindungan satwa, bukan menunggu investor pengembangan taman margasatwa dari pembangunan orientasi bisnis.

Medan zoo terletak di Jalan Bunga Rampai IV, Kelurahan Simalingkar B, Medan Tuntungan, Medan. Kebun binatang tersebut, per Januari 2024, memiliki koleksi satwa sebanyak 110 ekor, dari sebelumnya pada 2022 berjumlah 25 ekor, di lahan seluas 10 hektare dari total kawasan 30 hektare.

"Jika masih belum paham masalah Medan Zoo ini, undang praktisi konservasi satwa liar untuk berdiskusi sembari menunggu calon-calon investor yang belum pasti," ucap Arisa.

Lewat akun instagramnya, The Wildlife Whisperer of Sumatra juga mempertanyakan berita acara perihal penanganan bangkai harimau-harimau yang mati di Medan Zoo. Harimau Erha, menurut rilis yang diterbitkan oleh BBKSDA Sumut, dikubur di pekarangan Medan Zoo. Namun, terdengar kabar jika yang dikubur di dalam tanah hanyalah isi perut harimau saja.

"Bagaimana dengan kematian Avatar, Wesa, dan Binsor (Bintang Sorik) yang terakhir? Lengkap sudah kematian harimau Medan Zoo dengan prognosis infausta. Semua telah mati. Mengapa tidak ada media rilis yang informatif dan edukatif kepada publik," tulis The Wildlife Whisperer of Sumatra.

"Lalu, bagaimana dengan berita acara pasca kematian harimau Medan Zoo lainnya? Dikubur, dibakar, atau diserahkan kepada BBKSDA Sumut," imbuh kelompok masyarakat sipil itu.

Betahita telah mencoba meminta konfirmasi dan tanggapan kepada Kepala BBKSDA Sumut, Rudianto Saragih Napitu. Namun hingga tulisan ini selesai dibuat, pesan singkat Whats App yang Betahita sampaikan, berisi sejumlah pertanyaan terkait kematian Bintang Sorik termasuk penanganan bangkai-bangkai harimau yang mati di Medan Zoo, tidak mendapatkan respons apapun.

Sebelumnya, menanggapi kematian Harimau Bintang Sorik, Wali Kota Medan, Bobby Nasution, menganggap kematian harimau tersebut ada kaitannya dengan life time atau masa hidup harimau.

"Lihatlah usianya, kita bicara kemarin ketemu asosiasi kebun binatang, Pak Rahmat Shah juga sampaikan kemarin memang usianya sudah tua," kata Bobby, Selasa kemarin, dikutip dari Kumparan.

Bobby berpendapat, kematian satwa adalah hal yang wajar. Sebab, setiap satwa punya masa hidup. Tapi permasalahannya, adalah persoalan breeding atau kembang biak satwa di Medan Zoo.

"Yang jadi persoalannya ketika sudah tua dia tak ada penerusnya. Jadi kalau misalnya kebun binatang misalnya Medan Zoo ini pun bagus, kalau mati harimaunya salah siapa gitu? Masa nggak boleh mati,” kata dia.

“Persoalannya Medan Zoo bukan matinya harimaunya, tapi dilihat juga segala aspek, bukan kita bilang oh mati enggak ada masalah, oh bukan. Kalau memang di bawah life time ini jadi persoalan,” imbuhnya.