Beruntungnya Bogor, Kebun Raya Paling Efektif Mendinginkan Kota

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Sabtu, 02 Maret 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Berjalan-jalan di kebun raya atau taman botani yang indah, seperti di Kebun Raya Bogor, itu menenangkan. Terlebih saat cuaca panas. Namun tempat seperti ini bukan sekadar oase relaksasi. Para peneliti menemukan bahwa ruang hijau seperti ini terbukti penting dalam mengurangi panas di jalanan sekitar dengan tren perubahan iklim saat ini. 

Tinjauan komprehensif terhadap penelitian mengenai efek mitigasi panas dari ruang hijau selama gelombang panas menemukan bahwa kebun raya adalah yang paling efektif. Temuan dari Global Centre for Clean Air Research (GCCAR) ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan dalam merencanakan kota-kota untuk menghadapi pemanasan global.

Peneliti tersebut juga mendirikan Reclaim Network Plus, sebuah jaringan global yang terdiri dari para perencana, akademisi, pejabat kota, badan amal dan dunia usaha yang akan melihat bukti seputar manfaat ruang hijau dan biru dalam perencanaan kota.

Penelitian khusus ini menemukan bahwa situs-situs seperti Chelsea Physic Garden dan Royal Botanic Gardens di Kew, London, atau Gardens by the Bay di Singapura, mengurangi suhu udara selama gelombang panas di jalan-jalan kota di sekitarnya rata-rata sebesar 5C.

Riset mengungkap bahwa kebun raya merupakan ruang terbuka hijau paling efektif mendinginkan jalanan saat gelombang panas. Dok Kebun Raya Bogor

Taman kota dan lahan basah mempunyai efek serupa, dan bahkan tembok hijau, pepohonan di jalan, dan taman bermain terbukti dapat mengurangi suhu secara signifikan. Direktur GCCAR dan penulis utama makalah tersebut, Prashant Kumar, mengatakan ilmuwan telah lama mengetahui bahwa ruang hijau dan air dapat mendinginkan kota. 

“Namun, penelitian ini memberi kita gambaran paling komprehensif. Terlebih lagi – kami dapat menjelaskan alasannya. Mulai dari pepohonan yang memberikan keteduhan, hingga air yang menguap dan menyejukkan udara,” kata Kumar, Jumat, 23 Februari 2024. 

“Ide keseluruhan dari jaringan ini adalah untuk mempromosikan penerapan infrastruktur biru dan hijau di lingkungan perkotaan,” katanya. Namun masalah yang mereka hadapi adalah kurangnya penelitian sistematis mengenai jenis-jenis ruang hijau perkotaan, dan dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya.

“Jadi ide dari makalah ini adalah untuk menyatakan ilmu pengetahuan sebenarnya berkelindan dengan apa yang ada dalam ruang hijau dan biru di kota-kota, informasi apa yang tersedia, di mana saja area yang penelitiannya kurang… dan kemudian jika ada adalah perencanaan kota, lalu landasan bukti apa yang dapat mereka gunakan untuk merencanakan ruang hijau baru dengan lebih baik,” kata Kumar. 

Faktor lokal memainkan peranan penting, namun secara umum tinjauan tersebut menemukan bahwa semakin besar suatu taman, semakin besar pula efek pendinginannya – setidaknya sampai pada titik tertentu. Penelitian ini juga menemukan bahwa kota dapat memperoleh lebih banyak manfaat dengan menghubungkan ruang hijau menjadi “koridor hijau”.

“Ini akan membantu para perencana kota di seluruh dunia menghadapi tantangan pemanasan global,” kata Kumar. “Dengan menerapkan beberapa langkah yang kami jelaskan, kota bisa menjadi lebih tangguh, dan warganya juga bisa menjadi lebih sehat dan bahagia.”

Salah satu penulis laporan, Maria de Fatima Andrade dari departemen ilmu atmosfer di Universitas São Paulo, Brasil, mengatakan makalah tersebut menegaskan betapa banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga suhu tetap dingin di tengah perubahan iklim. 

“Namun hal ini juga mengungkapkan berapa banyak pekerjaan yang masih harus dilakukan. Institusi-institusi di seluruh dunia perlu berinvestasi pada penelitian yang tepat – karena dari penelitian kami terlihat jelas bahwa tidak ada solusi yang bisa diterapkan untuk semua masalah. Itu tergantung pada apa yang berhasil untuk komunitas Anda,” kata Andrade.