Menghindari Serangan Harimau dengan Topi Terbalik, Efektifkah?

Penulis : Aryo Bhawono

Satwa

Senin, 04 Maret 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), aparat keamanan, koramil, serta pihak Kecamatan Bandar Negeri Suoh dan Suoh, Lampung mengeluarkan edaran untuk menghindari serangan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Salah satu himbauan itu adalah memakai topi dibalik ke belakang. Namun apakah cara ini efektif?

Direktur Lembaga Konservasi Sintas, Hariyo T Wibisono, menyebutkan cara ini pernah diterapkan di India, namun dengan topeng dipasang pada kepala bagian belakang. Beberapa sumber menyebutkan cukup efektif namun tidak dalam jangka waktu lama. 

Harimau, kata dia, segera dapat mengenali itu sebagai wajah palsu. Sedangkan di Sumatera, belum ada bukti efektif.

“Teknik lain adalah menggunakan semacam bantalan keras di punggung memanjang hingga tengkuk untuk mencegah harimau dapat menggigit tengkuk hingga tulang punggung, cara favorit harimau untuk melumpuhkan mangsa,” jelasnya melalui pesan kepada Betahita pada Sabtu (2/3/2024).

Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae). Dok WWF Indonesia

Riset berjudul Wildlife-Human Conflict in Some Parts of Bangladesh yang diterbitkan oleh International Journal of Research Studies in Zoology menyebutkan cara ini pernah dilakukan di Sundarbans, Bangladesh. Nelayan dan peladang menyediakan bantalan kaku untuk menutupi bagian belakang leher.

Hingga kini serangan harimau di wilayah itu cukup tinggi, dalam setahun serangan ini mencapai korban hingga 50 jiwa. 

Himbauan untuk menghindari serangan Harimau di Kecamatan Suoh dan Bandar Suoh, Lampung Barat. foto:

Dua himbauan lain di Lampung Selatan yang lain adalah beraktivitas secara berkelompok minimal tiga orang dan menghindari aktivitas jam agresif harimau, yakni pukul 15.00 WIB hingga 10.00 WIB. 

Tiger Project Executant and Conservation Science Specialist World Wildlife Foundation (WWF) Indonesia, Febri Anggriawan Widodo, menjelaskan beraktivitas secara berkelompok akan mengurangi risiko penyerangan. Keramaian dihindari oleh harimau dan dengan aktivitas berkelompok maka setiap orang akan saling mengawasi.

Sedangkan menghindari aktivitas harimau juga terbukti efektif. Kucing besar yang menjadi rantai makanan teratas itu memiliki kecenderungan menjadi makhluk nokturnal karena perubahan tipe habitat. 

“Mereka cenderung menghindar ketika ada aktivitas siang, misalnya ada suara chainsaw dan mereka tahu kapan manusia tidak aktif,” kata dia. 

Meski begitu, satwa itu merupakan pemburu yang lihai. Ia dapat benar-benar tak terdeteksi oleh calon mangsanya ataupun manusia ketika bersembunyi di rerumputan, baik siang maupun malam. 

Banyak kearifan lokal di Sumatera yang mengajarkan cara mengurangi risiko konflik manusia dengan harimau. Misalnya saja, larangan untuk ke kebun ketika hari pertama musim durian. Pada saat itu banyak mangsa harimau yang mendatangi kebun. 

Ia menyebutkan pada dasarnya, harimau menghindari perjumpaan dengan manusia. Namun beberapa kondisi tertentu memaksa perjumpaan ini. 

Beberapa kondisi ini di antaranya adalah ketika harimau betina memiliki anak. Mereka bisa berpindah ke dekat pemukiman karena menghindari pertemuan dengan harimau jantan. Karena harimau jantan yang bukan bapaknya dapat membunuh anak itu. 

“Sama seperti kucing, kalau anak kucing ketemu jantan yang bukan bapaknya maka bisa dibunuh. Nah, tempat yang dipilih induk harimau biasanya adalah dekat pemukiman karena cenderung tidak ada harimau lain. Jadi induk ini cenderung mencari batas hutan ,” kata dia. 

Selain itu bisa saja harimau mendekati pemukiman karena adanya sisa mangsa, habitat yang terganggu, over populasi, atau terusir karena kalah dalam persaingan.

Serangan terhadap manusia pun harus diteliti lebih lanjut, apakah karena memang bertujuan untuk memangsa atau karena memang mereka terpojok. 

“Hal ini bisa dilihat dari korban. Misalnya saja apakah ada anggota tubuh yang hilang karena dimangsa atau tidak,” kata dia. 

Sebelumnya dua warga tewas diserang harimau Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat, tewas diserang harimau dalam kurun dua pekan. Pertama adalah Gunarso yang ditemukan tewas usai dinyatakan hilang saat berkebun pada Kamis (8/2/2024)..

Kemudian pada Kamis (22/2/2024), warga bernama Sahri juga ditemukan tewas penuh luka bekas serangan hewan buas.