LIPUTAN KHUSUS:

Asap Kebakaran Besar 2019-2020 di Australia Merusak Lapisan Ozon


Penulis : Kennial Laia

Sampat disebut pulih pada 2018, lapisan ozon kini terancam oleh asap beracun dari kebakaran hutan dan lahan. Salah satunya dari karhutla Australia pada 2019-2020.

Perubahan Iklim

Minggu, 20 Maret 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Peneliti mengungkap bahwa asap dari kebakaran yang terjadi di Australia pada 2019 dan 2020 membubung hingga lapisan stratosfer. Hal ini berujung pada kerusakan sebagian lapisan ozon, pelindung bumi dari radiasi ultraviolet.

Kesimpulan itu diambil setelah analisis data oleh ahli kimia Peter Bernath dari Old Dominion University di Norfolk, Amerika Serikat, bersama rekannya. Mereka mengumpukan data stratosfer bawah selama tahun 2020 menggunakan instrumen satelit yang disebut Atmospheric Chemistry Experiment. 

Dikutip dari Science News, ksperimen ini mengukur bagaimana partikel yang berbeda di atmosfer menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Pola penyerapan seperti sidik jari, mengidentifikasi jenis molekul di dalam sebuah partikel.

Analisis tim tersebut mengungkapkan bahwa partikel asap, yang ditembakkan ke stratosfer oleh badai petir berbahan bakar api (awan pyrocumulonimbus), mengandung berbagai molekul organik pengrusak.

Kebakaran besar di Australia pada 2019. Foto: theecologist.org

Dalam laporannya yang diterbitkan di majalah Science, tim melaporkan bahwa molekul memulai serangkaian reaksi kimia yang mengubah keseimbangan gas di stratosfer Bumi ke tingkat yang belum pernah diamati sebelumnya dalam 15 tahun pengukuran satelit. Perubahan itu termasuk meningkatkan kadar molekul yang mengandung klorin yang menggerogoti ozon.

Konsentrasi ozon di stratosfer awalnya meningkat dari Januari hingga Maret 2020, akibat reaksi kimia serupa — terkadang dengan kontribusi asap kebakaran hutan — yang menghasilkan polusi ozon di permukaan tanah. Namun sejak April hingga Desember 2020, kadar ozon tak hanya turun, tetapi juga tenggelam di bawah rata-rata konsentrasi ozon dari 2005 hingga 2019. 

Lapisan ozon bumi melindungi planet dari sebagian besar radiasi ultraviolet matahari. Setelah terkuras oleh emisi klorofluorokarbon dan zat perusak ozon lainnya oleh manusia, lapisan tersebut telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan berkat Protokol Montreal, sebuah perjanjian internasional untuk mengurangi konsentrasi zat tersebut di atmosfer (SN: 2/10/21). 

Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan skala besar karena perubahan iklim – dan potensi perusakan ozonnya – dapat menjadi kemunduran bagi kisah sukses iklim yang langka ini, tulis Bernath dan tim dalam laporannya.