LIPUTAN KHUSUS:

COP 28: Emisi Global Hanya Turun 2% pada 2030 Dibanding 2019


Penulis : Kennial Laia

Rencana iklim nasional sangat tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan tentang perubahan iklim.

Perubahan Iklim

Senin, 20 November 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Pemerintah di seluruh dunia belum mencapai kemajuan yang memadai dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, padahal hal tersebut krusial untuk mencegah dampak terburuk pemanasan global. Demikian menurut laporan PBB yang dirilis  pekan lalu.

Menurut laporan tersebut, emisi gas rumah kaca hanya akan turun hingga 2% di bawah tingkat emisi tahun 2019 pada tahun 2030. Selain mengindikasikan bahwa dunia akan mengalami puncak emisi pada dekade ini, angka itu masih jauh dari penurunan sebesar 43% dibandingkan angka tahun 2019, yang menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) diperlukan untuk menahan kenaikan suhu pada 1,5 derajat Celcius. Target ini disepakati dalam Perjanjian Paris pada 2015. 

“Ambisi global mengalami stagnasi selama setahun terakhir dan rencana iklim nasional sangat tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam rilis resmi. 

“Kesenjangan antara kebutuhan dan tindakan kini lebih mengancam dari sebelumnya,” ujarnya. 

Aktivis Greenpeace Indonesia membentangkan banner dengan pesan “Quit Coal”, saat mereka memblokade crane yang akan memuat batu bara di PLTU batu bara Cirebon, Jawa Barat. Foto: Ardiles Rante

Berdasarkan rencana iklim nasional saat ini, yang dikenal sebagai Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional atau Nationally Determined Contributions (NDCs), emisi diperkirakan akan meningkat 9% di atas tingkat tahun 2010 pada akhir dekade ini, bahkan jika NDC diterapkan sepenuhnya.

Laporan ini muncul hanya beberapa minggu sebelum para pemimpin dunia berkumpul di Dubai untuk konferensi iklim tahunan PBB (COP28). Pertemuan ini akan mendorong pemerintah untuk melakukan tindakan iklim yang lebih besar, termasuk kemungkinan penghapusan bahan bakar fosil sebelum 2050.

Berdasarkan Perjanjian Paris tahun 2015, negara-negara setuju untuk membatasi pemanasan global hingga “jauh di bawah” 2C atau 1,5C. Negara-negara juga harus menyerahkan dan memperbarui NDC mereka setiap lima tahun.

Laporan PBB menganalisis hampir 200 masukan, termasuk 20 NDC baru atau yang diperbarui yang diterima pada September 2023. Menurut PBB, rencana nasional menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan target tahun lalu. Emisi saat itu diproyeksikan meningkat 11% dibandingkan level 2010.

“Gabungan pemerintah mengambil langkah-langkah kecil untuk mencegah krisis iklim,” kata Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB Simon Stiell.

Stiell mengatakan, beberapa negara mungkin berada dalam posisi yang lebih baik dibandingkan negara lainnya. Analisis dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) yang berbasis di Helsinki minggu ini menyatakan bahwa, emisi karbon dioksida Tiongkok bisa mulai mengalami “penurunan struktural” pada awal tahun depan, sebagian karena adanya instalasi energi terbarukan.

Laporan itu mengatakan bahwa aksi iklim Tiongkok dan Amerika Serikat, dua negara penghasil emisi terbesar di dunia, akan sangat penting dalam mencapai tujuan iklim global. 

Pemanasan global saat ini telah menyebabkan berbagai bencana iklim di seluruh dunia, termasuk kenaikan suhu yang menyebabkan gelombang panas, bencana kekeringan, dan cuaca ekstrem.