Komitmen Akhiri Deforestasi pada 2030: Janji Masih Tinggal Janji 

Penulis : Kennial Laia

Hutan

Rabu, 25 Oktober 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Dunia dinilai bergerak terlalu lambat memenuhi janji untuk mengakhiri deforestasi pada 2030. Menurut laporan terbaru koalisi organisasi lingkungan hidup, kehancuran hutan bahkan semakin parah pada 2022. 

Komitmen mengakhiri deforestasi ini diumumkan lebih dari 140 negara pada KTT Iklim PBB tahun 2022 di Glasgow, Inggris. Jumlah tersebut mewakili sebagian besar hutan di dunia, dan mereka bertujuan untuk menghentikan dan membalikkan kehilangan dan degradasi hutan pada akhir dekade ini. 

Namun berdasarkan laporan tahunan Penilaian Deklarasi Hutan (Forest Declaration Assessment), deforestasi justru meningkat sebesar 4% di seluruh dunia pada 2022 dibandingkan dengan 2021, atau kehilangan hutan lebih banyak seluas 66.000 kilometer persegi. Artinya, dunia sudah berada 21% di luar jalur untuk mengakhiri deforestasi pada 2030. 

“Hutan dunia berada dalam krisis. Peluang untuk mencapai kemajuan pun sudah kita lewati,” kata Erin Matson, konsultan senior di kelompok lingkungan hidup Climate Focus, dalam konferensi pers, Senin, 24 Oktober 2023. 

Deforestasi di Kalimantan Tengah./Foto: Ario Tanoto

Laporan yang terbit Senin, 23 Oktober 2023 tersebut dirilis oleh koalisi masyarakat sipil dan organisasi penelitian yang menilai kemajuan menuju janji penghapusan deforestasi pada 2030. Hal ini termasuk janji Glasgow dan Deklarasi Hutan New York pada 2014, yang berisi sejumlah negara serta puluhan perusahaan terbesar di dunia dengan komitmen serupa. 

Upaya untuk melestarikan hutan tropis tua – yang memiliki kandungan karbon padat dan kekayaan keanekaragaman hayati – tidak berjalan sesuai rencana sebesar 33%, dengan hilangnya 4,1 juta hektare pada 2022, menurut penelitian tersebut. 

Para peneliti yang terlibat dalam laporan tersebut menekankan bahwa dana publik sebesar $2,2 miliar yang disalurkan ke proyek-proyek perlindungan hutan setiap tahunnya hanyalah sebagian kecil dari investasi yang dibutuhkan. 

Studi ini juga melihat lebih dari sekedar deforestasi untuk menganalisis degradasi hutan, dimana seorang peneliti memperkirakan luas hutan yang terdegradasi jauh lebih besar dibandingkan dengan luas deforestasi global.

Penyebab degradasi hutan mencakup aktivitas penebangan kayu, penggembalaan ternak, dan pembangunan jalan, menurut Climate Focus.

Namun beberapa bagian dunia juga mengalami kemajuan dalam memerangi deforestasi. Menurut penulis utama dan mitra pengelola di Climate Focus, sekitar 50 negara berada di jalur yang tepat untuk mengakhiri hilangnya hutan. 

“Masih ada harapan,” kata Haupt. “Negara-negara ini memberikan contoh jelas yang harus diikuti negara lainnya.” 

Brasil, yang bertanggung jawab atas sekitar 30 persen deforestasi dunia, telah mengalami perubahan besar dengan pemerintahan baru yang lebih berkomitmen memerangi deforestasi dibandingkan pemerintahan sebelumnya, kata perwakilan WWF Brasil pada konferensi pers tersebut.

“Hal ini menunjukkan apa yang bisa terjadi jika negara-negara yang memiliki undang-undang dan peraturan yang baik benar-benar berinvestasi dalam menegakkan undang-undang tersebut,” kata Darragh Conway, yang memimpin bidang hak & tata kelola untuk Penilaian Deklarasi Hutan.