Anak Muda Desak Pemerintah Segera Transisi ke Ekonomi Hijau

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Lingkungan

Kamis, 08 Februari 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Perhatian terhadap isu lingkungan, kesejahteraan ekonomi dan sosial yang tinggi membuat mayoritas anak muda di Indonesia terdorong untuk mendesak pemerintah segera beralih ke ekonomi hijau. Mereka menganggap, peralihan ini mampu menyelesaikan masalah lingkungan yang dihadapi masyarakat, serta menjamin kesejahteraan dan pembukaan lapangan kerja baru.

Desakan tersebut tertangkap dari hasil survei tentang pentingnya bertransisi ke ekonomi hijau yang dilakukan Greenpeace Indonesia. Survei diadakan secara daring pada 9 Januari-1 Februari 2024 terhadap 600 responden di seluruh Indonesia. Mayoritas (49%) dari total responden berasal dari generasi Z dengan rentang usia 18-26 tahun, disusul oleh generasi milenial (39%) yang berusia 27-42 tahun.

Hasil survei ini turut menangkap berbagai isu lingkungan, sosial dan ekonomi yang dianggap krusial oleh mayoritas generasi muda, serta desakan untuk beralih ke ekonomi hijau. Beberapa isu lingkungan yang menjadi perhatian generasi muda di antaranya isu pengelolaan sampah rumah tangga (80%), cuaca ekstrem akibat krisis iklim (79%), pengelolaan limbah industri (78%) dan polusi udara (76%). Selain itu deforestasi yang masih terus terjadi serta kerusakan lingkungan di wilayah-wilayah pertambangan juga menjadi perhatian anak-anak muda, terutama di luar Jawa.

Tak hanya menyoroti isu lingkungan, anak muda yang berpartisipasi dalam survei ini pun menyoroti berbagai isu sosial dan ekonomi yang terjadi saat ini. Masalah utama yang disoroti adalah soal keterbatasan lapangan kerja, yang menjadi perhatian bagi 74% responden survei, ketimpangan ekonomi yang disoroti oleh 62% responden, serta ketidakmerataan akses kesehatan dan pendidikan yang dianggap penting oleh masing-masing 57% responden.

Aksi Jeda Iklim yang diikuti ratusan anak muda di Jakarta, September 2019. Aksi itu digelar bersamaan dengan Climate Strike global di berbagai kota-kota dunia. Dalam aksi anak muda mendesak para pemimpin negara untuk mengambil tindakan serius soal krisis iklim. Dok Greenpeace Indonesia

Hasil pengamatan dan pengalaman para anak muda yang mengisi survei ini juga menunjukkan perhatian mereka terhadap isu kesejahteraan, terutama bagi pekerja serta masalah ke akses pendidikan dan kesehatan yang memadai. Di isu kesejahteraan pekerja, responden menilai banyak kasus gaji yang tidak seimbang dengan jam kerja yang berlebihan. Masalah upah rendah bagi pekerja di luar Jabodetabek serta tidak adanya jaminan pensiun bagi karyawan kontrak.

Anak muda juga menilai terbatasnya akses pendidikan yang layak di pedesaan. Hal ini mengakibatkan adanya ketimpangan wawasan antara masyarakat di kota dan desa. Padahal, akses pendidikan yang baik dapat membuka kesempatan kerja yang lebih besar untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.

Ketimpangan kualitas layanan dasar antara desa dan kota pun kembali menjadi perhatian utama bagi anak muda. Mereka menyoroti soal kurangnya akses ke perawatan kesehatan, termasuk kesehatan mental, di daerah terpencil lantaran langkanya layanan, lokasi dan biaya yang belum terjangkau.

Dalam survei ini sejumlah responden juga telah melakukan beberapa upaya pribadi untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi, sosial dan lingkungan yang terjadi di sekeliling mereka. Meski demikian, sebagian besar responden menyebut adalah tanggung jawab pemerintah untuk menghadirkan aturan hukum yang dapat mengatasi masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak berpendapat, perlu upaya yang lebih kuat untuk mengatasi masalah ketimpangan ekonomi dan kerusakan lingkungan di Indonesia, demi menjamin kehidupan yang lebih layak bagi anak muda serta generasi mendatang.

“Berbagai solusi yang dilakukan anak muda untuk mengatasi masalah ketimpangan ekonomi dan kerusakan lingkungan saat ini perlu didukung oleh upaya yang lebih kuat dari pemerintah,” ujarnya. “Transisi ke ekonomi hijau bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi, sekaligus menjaga Bumi kita dari dampak krisis iklim yang semakin parah.”

Leonard menambahkan, para pasangan calon presiden dan wakil presiden yang saat ini maju dalam Pemilu 2024 harus mampu menghasilkan terobosan kebijakan agar Indonesia bisa segera beralih dari ketergantungan terhadap industri ekstraktif.

“Perlu komitmen yang lebih ambisius dari para pasangan capres dan cawapres untuk bisa mewujudkan ekonomi hijau, bukan sekadar janji politik untuk menjamin kesejahteraan serta kesehatan generasi muda,” ucapnya.