Bumil Vs. Plastik: Ada Mikroplastik di Semua Sampel Plasenta

Penulis : Kennial Laia

Lingkungan

Jumat, 01 Maret 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Penelitian terbaru menemukan mikroplastik ada di setiap plasenta ibu hamil (bumil) yang diperiksa. Hal ini membuat para peneliti khawatir tentang potensi dampak kesehatan pada perkembangan janin.

Para ilmuwan menganalisis 62 sampel jaringan plasenta dan menemukan plastik yang paling umum terdeteksi adalah polietilen, yang digunakan untuk membuat kantong dan botol plastik. Studi kedua mengungkapkan mikroplastik di 17 arteri manusia yang diuji dan menunjukkan bahwa partikel tersebut mungkin terkait dengan penyumbatan pembuluh darah.

Mikroplastik juga baru-baru ini ditemukan dalam darah manusia dan ASI, yang mengindikasikan kontaminasi luas pada tubuh manusia. Dampaknya terhadap kesehatan masih belum diketahui, namun mikroplastik telah terbukti menyebabkan kerusakan sel manusia di laboratorium. Partikel-partikel tersebut dapat menempel di jaringan dan menyebabkan peradangan, seperti halnya partikel polusi udara, atau bahan kimia dalam plastik dapat menyebabkan kerusakan.

Sampah plastik dalam jumlah besar dibuang ke lingkungan dan mikroplastik telah mencemari seluruh planet, mulai dari puncak Gunung Everest hingga lautan terdalam. Manusia diketahui mengonsumsi partikel-partikel kecil melalui makanan dan air serta menghirupnya, dan partikel-partikel tersebut ditemukan dalam kotoran bayi dan orang dewasa.

Mikroplastik dalam berbagai ukuran. Foto: oceanbites

Prof Matthew Campen dari University of New Mexico, Amerika Serikat, yang memimpin penelitian tersebut, menyebut mikroplastik yang ditemukan pada plasenta manusia sebagai pertanda buruk. 

“Jika kita melihat dampaknya pada plasenta, maka seluruh kehidupan mamalia di planet ini dapat terkena dampaknya. Ini tidak baik," kata Campen, Rabu, 28 Februari 2024. 

Menurut Campen, meningkatnya konsentrasi mikroplastik di jaringan tubuh manusia dapat menjelaskan peningkatan yang membingungkan dalam beberapa masalah kesehatan, termasuk penyakit radang usus, kanker usus besar pada orang di bawah 50 tahun, dan penurunan jumlah sperma. Sebuah studi tahun 2021 menemukan bahwa orang radang usus memiliki 50% lebih banyak mikroplastik di tinja mereka.

Campen mengatakan dia sangat prihatin dengan meningkatnya produksi plastik global karena hal ini berarti masalah mikroplastik di lingkungan “semakin memburuk”.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Toxicological Sciences ini menemukan mikroplastik di semua sampel plasenta yang diuji, dengan konsentrasi berkisar antara 6,5 ​​hingga 790 mikrogram per gram jaringan. Polyvinyl chloride (PVC) dan nilon merupakan plastik yang paling umum terdeteksi, setelah polietilen.

Mikroplastik dianalisis menggunakan bahan kimia dan mesin sentrifugal untuk memisahkannya dari jaringan. Peneliti kemudian memanaskan dan menganalisis karakteristik kimiawi dari setiap plastik. Teknik yang sama juga digunakan oleh para ilmuwan di Capital Medical University di Beijing, Tiongkok, untuk mendeteksi mikroplastik dalam sampel arteri manusia.

Mikroplastik pertama kali terdeteksi di plasenta pada 2020, dalam sampel dari empat perempuan sehat yang memiliki kehamilan dan kelahiran normal di Italia. Dalam temuannya, para ilmuwan mengatakan: “Mikroplastik membawa serta zat-zat yang bertindak sebagai pengganggu endokrin dan dapat menyebabkan efek jangka panjang pada kesehatan manusia.”

Campen mengatakan konsentrasi mikroplastik di plasenta sangat meresahkan. Jaringan tersebut hanya tumbuh selama delapan bulan, dan mulai terbentuk sekitar satu bulan setelah kehamilan. “Organ-organ lain di tubuh Anda terakumulasi dalam jangka waktu yang lebih lama,” katanya.