El Nino Diprediksi Picu Kebakaran Lahan dan Hutan Meningkat 2019

Penulis : Redaksi Betahita

Karhutla

Selasa, 13 November 2018

Editor : Redaksi Betahita

Betahita.id – Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera, Israr Albar dalam keterangan persnya mengatakan siklus lima tahunan kemarau seharusnya terjadi pada 2020, tapi datang setahun lebih cepat karena El Nino pada 2019.

Baca juga: Pasca Asian Games 2018, Komitmen Menjaga Gambut Harus Lanjut

Menurutnya, pemerintah mulai mempersiapkan personel pemadam kebakaran Manggala Agni untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan karena tahun 2019 potensi kebakaran hutan dan lahan diprediksi meningkat akibat pengaruh El Nino.

Israr menjelaskan balai sudah mempelajari hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi Klimatologi dan Geofisika, Biro Meteorologi Australia, Jamstec dari Jepang, dan lembaga meteorologi Amerika Serikat mengenai kemarau panjang akibat pengaruh El Nino.

Kabut asap terlihat dari jalan di Sumatera Selatan pada karhutla 2015.

“Kita harus antisipasi keadaan karena akan lebih parah dari 2018,” katanya Senin, 12 November 2018

El Nino adalah kejadian memanasnya suhu air laut di Samudera Pasifik hingga di atas rata-rata suhu normal, yang bisa menimbulkan fenomena alam seperti kekeringan.

Sejak 2016 hingga 2018, kasus kebakaran hutan dan lahan di RIau cenderung menurun karena banyak hujan meski jumlah titik panasnya terpantau lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera.

“Hal ini karena Provinsi Riau sangat luas area lahan gambutnya,”katanya.

Israr menyatakan tahun depan balai akan menambah personel Manggala Agni menjadi 915 orang plus peralatan pendukung kerja mereka guna mengantisipasi dampak musim kemarau panjang. Ia mengatakan di Sumatera ada 17 Daerah Operasi Manggala Agni yang memiliki 61 regu, namun masing-masing regu anggotanya belum semuanya 15.